Penilaian Prestasi Kerja
PENILAIAN PRESTASI KERJA
NAMA : PRIMAJATTI PRATIWI
NPM :
25216797
KELAS : 4EB10
MATA
KULIAH : MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
BAB I
PENDAHULUAN
Pada umumnya
orang berkecimpung dalam manajemen sumber daya manusia sependapat bahwa
penilaian prestasi kerja para pegawai merupakan bagian penting dari seluruh
proses kekaryaan pegawai yang bersangkutan. Pentingnya penilaian prestasi kerja
yang rasional dan diterapkan secara objektif terlihat pada paling sedikit dua
kepentingan, yaitu kepentingan pegawai yang bersangkutan sendiri dan
kepentingan organisasi.
Bagi para pegawai, penilaian tersebut berperan
sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, keletihan,
kekurangan dan potensinya yang pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan
tujuan, jalur, rencana, dan pengembangan karirnya.
Bagi organisasi, hasil penilaian prestasi
kerja para pegawai sangat penting arti dan peranannya dalam pengambilan
keputusan tentang berbagai hal, seperti identifikasi kebutuhan program
pendidikan dan pelatihan, rekrutmen, seleksi, program pengenalan, penempatan,
promosi, sistem imbalan dan berbagai aspek lain dari keseluruhan proses manajemen
sumber daya manusia secara efektif.
Penilaian pelaksanaan pekerjaan perlu
dilakukan secara formal berdasarkan serangkaian kriteria yang ditetapkan secara
rasional serta diterapkan secara objektif serta didokumentasikan secara
sistematik. Hanya dengan demikianlah dua kepentingan utama yang telah
disinggung di muka dapat terpenuhi. Hal ini perlu ditekankan karena tidak
sedikit manajer yang beranggapan bahwa pelaksanaan penilaian prestasi kerja
secara formal oleh bagian bagian kepegawaian sebenarnya tidak diperlukan dan
bahkan dipandang sebagai “gangguan” terhadap pelaksanaan tugas masing-masing,
para manajer itulah yang sehari-hari membimbing dan mengawasi para bawahannya
dalam pelaksanaan tugas masing-masing, para manajer pulalah yang paling
kompeten melakukan penilaian. Dalam makalah ini penulis akan membahas apa itu
kinerja, faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja, konsep penilaian kinerja,
metode penilaian prestasi kerja, serta hubungan penilaian kinerja dengan
kinerja.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Arti dan Pentingnya Penilaian Prestasi Kerja
Penilaian
prestasi kerja dalam bahasa inggris disebut sebagai performace appraisal.
Pada kamus Manajemen SDM dan Perilaku Organisasi (tunggal,1997:48) berarti
suatu proses organisasi menilai performa individu. Sedangkan Bittel (1996:233)
menyebutkan suatu evaluasi formal dan sistematis tentang seberapa baik
seseorang melakukan tugasnya dan memenuhi perannya yang sesuai dalam
organisasi. Esensinya, supervisor dan karyawan secara formal melakukan evaluasi
terus menerus. Kebanyakan mereka mengacu pada prestasi kerja sebelumnya dan
mengevaluasi untuk mengetahui apa yang akan dilakukan selanjutnya. Ketika
prestasi kerja tidak memenuhi syarat, maka manajer atau supervisor harus mengambil
tindakan, demikian juga apabila prestasi kerjanya bagus maka perilakunya perlu
dipertahankan.
Menurut
Dale Yoder, penilaian prestasi kerja merupakan prosedur yang formal dilakukan
di dalam organisasi untuk mengevaluasi pegawai dan sumbangan serta kepentingan
pegawai.
Menurut
French, penilaian prestasi kerja adalah suatu cara dalam melakukan evaluasi
terhadap prestasi kerja para pegawai dengan serangkaian tolok ukur tertentu
yang obyektif dan berkaitan langsung dengan tugas seseorang serta dilakukan
secara berkala.
Pengertian Prestasi Kerja dapat disimpulkan
bahwa penilaian prestasi kerja merupakan suatu kegiatan yang sangat penting
dalam organisasi atau perusahaan yang dilakukan secara sistematis untuk
mengevaluasi prestasi, kontribusi, potensi, dan nilai dari seorang karyawan
oleh orang-orang yang diberi wewnang perusahaan sebagai landasan pengembangan
dan sebagainya. Hal ini mengingat bahwa di dalam organisasi, setiap orang
sebagai Sumber Daya Manusia (SDM) mempunyai keinginan untuk mendapatkan
penghargaan dan perlakuan adil dari pemimpinnya. Sehingga karyawan memberikan
kontribusi yang berarti pada organisasi atau perusahaan dan pula sebaliknya,
hal ini merupakan upaya guna mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Ukuran
terakhir keberhasilan dari suatu departemen personalia adalah prestasi kerja.
Karena baik departemen itu sendiri maupun karyawan memerlukan umpan balik atas
upayanya masing-masing, maka prestasi kerja dari setiap karyawan perlu dinilai.
2.2 Tujuan Penilaian Prestasi Kerja
Perusahaan maupun
organisasi menggunakan penilaian prestasi kerja bagi para karyawan atau
individu mempunyai maksud sebagai langkah administratif dan pengembangan.
Secara administratif, perusahaan atau organisasi dapat menjadikan penilaian
prestasi kerja sebagai acuan atau standar di dalam membuat keputusan yang
berkenaan dengan kondisi pekerjaan karyawan, termasuk untuk promosi pada jenjang
karir yang lebih tinggi, pemberhentian, dan penghargaan atau penggajian.
Sedangkan untuk pengembangannya adalah cara untuk memotivasi dan meningkatkan
keterampilan kerja, termasuk pemberian konseling pada perilaku karyawan dan
menindak-lanjuti dengan pengadaan training (Gomez, 2001:226). Cherrington
(1995:276) menambahkan tujuan lainnya antara lain untuk mengidentifikasi
kebutuhan training untuk kepentingan karyawan agar tingkat kemampuan dan
keahliannya pada suatu pekerjaan dapat ditingkatkan pada level yang lebih
tinggi. Kemudian diintegrasikan pada perencanaan sumberdaya manusia yang
dihubungkan pada fungsi-fungsi SDM.
Lebih jelasnya, penilaian prestasi kerja mempunyai tujuan untuk:
1
Membedakan tingkat prestasi kerja setiap
karyawan
2
Pengambilan keputusan administrasi seperti :
seleksi, promosi, retention, demotion, transfer, termination,
dan kenaikan gaji
3
Pemberian pinalti seperti : bimbingan untuk
meningkatkan motivasi dan
4
Diklat untuk mengembangkan keahlian.
Secara garis besar terdapat dua tujuan utama penilaian prestasi kerja, yaitu :
1
Evaluasi terhadap tujuan (goal)
organisasi
2
Pengembangan tujuan (goal) organisasi
2.3 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
Kinerja seorang karyawan bisa disebabkan oleh beberapa faktor,
berikut fadalah hal-hal yang perlu diperhatikan :
a.
Efektifitas dan efisiensi
Bila suatu tujuan
tertentu akhirnya bisa dicapai, kita boleh mengatakan bahwa kegiatan tersebut
efektif tetapi apabila akibat-akibat yang tidak dicari kegiatan menilai yang
penting dari hasil yang dicapai sehingga mengakibatkan kepuasan walaupun
efektif dinamakan tidak efesien. Sebaliknya, bila akibat yang dicari-cari tidak
penting atau remeh maka kegiatan tersebut efesien (Prawirosentono, 1999:27).
b.
Otoritas (wewenang)
Otoritas adalah sifat
dari suatu komunikasi atau perintah dalam suatu organisasi formal yang dimiliki
seorang anggota organisasi kepada anggota yang lain untuk melakukan suatu
kegiatan kerja sesuai dengan kontribusinya (Prawirosentono, 1999:27). Perintah
tersebut mengatakan apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dalam
organisasi tersebut.
c.
Disiplin
Disiplin adalah taat
kepada hukum dan peraturan yang berlaku (Prawirosentono,1999:27). Jadi,
disiplin kayawan adalah kegiatan karyawan yang bersangkutan dalam menghormati
perjanjian kerja dengan organisasi dimana dia bekerja.
d.
Inisiatif
Inisiatif yaitu
berkaitan dengan daya pikir dan kreatifitas dalam membentuk ide untuk
merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi.
2.4 Tanggung Jawab Penilaian
2.5 Obyek dan Macam-Macam Metode Penilian
Pendekatan yang dilakukan dalam penilaian
prestasi kerja pegawai sangat banyak. Dari sekian banyak metode yang digunakan
dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
1.
Metode Tradisional (Berorientasi Masa Lalu
Metode ini terbagi dalam beberapa bagian diantaranya adalah :
a.
Skala Grafik (Rating Scale)
Skala grafik dengan rating atau juga dikenal dengan metode rating konvensional, adalah metode
yang banyak digunakan. Terdapat banyak versi tentang metode ini namun semuanya
berfokus pada perilaku spesifik atau karakteristik pegawai yang berkaitan
dengan kinerja kerja. Dalam metode ini, penilai diberi formulir penilaian yang
sudah baku dan mengukur karakteristik dan tujuan kerja dari seseorang
tenaga kerja. Metode ini terbagi
kedalam beberapa bentuk antara lain :
a) Graphic
Scale, suatu bentuk penilaian yang dilakukan dengan membubuhkan tanda silang pada skala yang tersedia
untuk masing-masing faktor yang dinilai pada formulir penilaian
yang telah disiapkan sebelumnya.
b) Multiple Steps,
suatu bentuk penilaian yang hampir sama dengan graphic schale, namun penilaian
dalam metode ini diharapkan pada beberapa alternatif nilai yang dapat diberikan
pada seseorang.
c) Behavior Scale, suatu bentuk penilaian yang
didasarkan pada sifat-sifat pribadi seseorang yang dirumuskan dalam skala-skala
yang dapat diukur.
Kelemahan metode ini adalah perilaku yang dinilai tidak spesifik
dan penilai cenderung memberikan nilai rata-rata.
b.
Employee Comparison
Dalam metode ini penilai melakukan penilaian dengan cara membandingkan antara tenaga kerja yang satu
dengan yang lainnya, yaitu membandingkan faktor-faktor yang
dimiliki oleh tenaga kerja misalnya pendidikan, keterampilan. Metode ini dapat
berbentuk :
a)
Alternation Ranking, suatu bentuk penilaian dengan
cara menbandingkan antara tenaga kerja yang satu denagan tenaga kerja yang
lainnya atas dasar kemampuannya, kemudian disusun dalam
bentuk ranking.
b)
Paired Camparison, suatu bentuk penilaian dengan
cara membandingkan tenaga kerja secara keseluruhan, baik faktor-faktor yang
diperbandingkan maupun diperbandingkan kepada seluruh tenaga kerja yang ada dalam organisasi.
c)
Forced Distribution, suatu bentuk penilaian yang dilaksanakan dengan cara
memperbandingkan setiap tenaga kerja berdasarkan tingkat kemampuan / prestasinya,
dengan skala yang sudah di tentukan. Misalnya : Baik Sekali, Baik, Cukup, Kurang dan Kurang sekali.
c.
Metode Checklist
Metode ini dilakukan dengan cara menggunakan suatu daftar isian
yang berisi berbagai ukuran karakteristik dalam bentuk kalimat atau kata-kata
yang menggambarkan alternatif prestasi atau karakteristik dari seorang
tenaga kerja metode ini dibagi kedalam 2 (dua) bentuk yaitu :
a)
Weight Checklist, yaitu suatu daftar isian yang diberi bobot / nilai untuk setiap jawaban yang dipilih dari setiap
pertanyaan.
b)
Forced Score, yaitu suat daftar isian yang
cara pengisianya dilakukan dengan memilih alternatif jawaban yang diberikan terhadap
pertanyyan yang diberikan.
Keuntungan dari metode ini mudah untuk digunakan dan dapat
menghindari kecenderungan pemberian nilai rata-rata atau pemberian nilai karena
kemurahan hati. Namun karena keharusan adanya relevansi antara item perilaku yang terdaftar
dalam penilaian prestasi dengan pekerjaan yang dilaksanakan, maka dibutuhkan
keahlian khusus untuk membangun sejumlah item perilaku yang berbeda untuk jenis pekerjaan dan
tingkatan yang berbeda. Oleh karena itu dibutuhkan bantuan tenaga profesional
yang andal di bidang ini. Ketidakandalan dalam
membuat item perilaku
dan kesesuaian bobot nilai masing-masing item dapat mengakibatkan ketidaksesuaian di dalam
pemberian ukuran-ukuran item.
Akibatnya para supervisor kesulitan
di dalam mengiterprestasikan hasilnya.
d.
Essay
Dalam metode ini seorang penilai diharuskan membuat sesuatu
karangan yang berkenaan dengan persiapannya tentang seorang tenaga kerja yang
sedang dinilai. Karangan tersebut kemudian diberikan kepada penilai lain untuk
diberi tanggapan dan penilaian terhadap tenaga kerja yang bersangkutan dengan
menggunakan karanga tersebut sebagai dasarnya.
Pada metode ini, penilai menuliskan sejumlah
pertanyaan terbuka yang terbagi dalam beberapa kategori. Beberapa kategori
pertanyaan terbuka yang biasa digunakan:
a)
Penilaian kinerja seluruh pekerjaan.
b)
Kemungkinan pekerja dipromosikan
c)
Kinerja kerja pegawai saat ini
d)
Kekuatan dan kelemahan pegawai
e)
Kebutuhan tambahan training
Pendekatan ini memberikan fleksibilitas pada penilaian dengan
tidak memasyarakatkan perhatian khusus pada sejumlah faktor. Di sisi lain
karena metode ini menggunakan pertanyaan yang sangat terbuka, maka penilai akan
kesulitan untuk membandingkan dan menilai jawaban-jawaban dari pertanyaan
tersebut. Keberhasilan metode ini juga sangat tergantung pada kemampuan dan
kreativitas supervisor dalam mengajukan
pertanyaan untuk mendapatkan jawaban yang benar-benar dapat mewakili kondisi
pegawai yang dinilai
e.
Interview
Metode ini dilakukan dengan cara memberikan
pertanyaan-pertanyaan kepada seorang
tenaga kerja. Maksud dari penggunaan cara
wawancara ini adalah agar pegawai mengetahui posisi dan bagaimana cara kerja
mereka.Selain itu wawancara juga dimaksudkan untuk:
a)
Mendorong perilaku positif.
b)
Menerangkan apa target/sasaran
yang diharapkan dari pegawai.
c)
Mengkomunikasikan masalah-masalah yang berkaitan dengan
upah dan promosi.
d)
Rencana memperbaiki kinerja di masa yang akan
datang.
e)
Memperbaiki hubungan antara atasan dengan
bawahan.
f.
Metode Pencatatan Kejadian Kritis (Critical Incident)
Metode pencatatan kejadian yang kritis adalah
Penilaian Prestasi Kerja yang menggunakan pendekatan dengan menggunakan
catatan-catatan yang menggambarkan perilaku karyawan yang sangat baik atau yang
sangat buruk. Dalam metode ini penilai diharuskan mencatat semua tingkah laku
sehari-hari dari seorang tenaga kerja. Misalnya : inisiatif, kemampuan kerjasama, sikap, kejujuran, loyalitas dan lain
sebagainya.
2.
Metode modern (Berorientasi
Masa Depan)
Metode
ini dapat terbagi kedalam beberapa bagian diantaranya :
a.
Penilaian Psikologis (Psychological Appraisals)
Penilaian ini pada umumnya terdiri dari
wawancara mendalam, tes-tes psikologi, diskusi dengan atasan langsung, review
evaluasi-evaluasi lainnya. Penilaian psikologi biasanya dilakukan oleh para
psikolog, terutama digunakan untuk menilai potensi karyawan diwaktu yang akan
datang. Evaluasi terhadap intelektual, emosi, motivasi karyawan dan
karakteristik-karakteristik hubungan pekerjaan lainnya sebagai hasil penilaian
diharapkan bisa membantu untuk memperkirakan prestasi kerja di waktu yang akan
datang. Evaluasi tersebut terutama digunakan untuk keputusan-keputusan
penempatan dan pengembangan. Kurasi penilaian sepenuhnya tergantung pada
ketrampilan para psikolog.Point yang perlu diperhatikan :
1
Dilakukan oleh psikolog, yang dinilai adalah
potensi individu, bukan prestasi yang lalu atau yang telah di capai
2
Terdiri dari : interview yang mendalam,
psikotes dan diskusi dengan atasan
3
Psikolog membuat evaluasi tentang intelektual,
emosi, motivasi, dan karakteristik lain yang dapat memprediksi prestasi yang
akan datang.
b.
Assesment Centre
Dalam metode ini penilaian prestasi kerja
dilakukan oleh sebuah badan / lembaga yang dibentuk secara khusus oleh sebuah
organisasi dan diberi wewenang untuk melakukan penilaian atas tenaga
kerja yang ada dalam organisasi yang
bersangkutan. Metode ini berguna untuk membantu identifikasi “talenta”manajemen
diwaktu yang akan datang, banyak perusahaan besar mempunyai pusat-pusat
penilaian. Assessment Center adalah suatu bentuk penilaian karyawan yang
distandarisasikan dimana tergantung pada berbagai tipe penilaian dari penilai.
Penilaian bisa meliputi wawancara mendalam, tes-tes psikologi, diskusi
kelompok, simulasi, dan sebagainya untuk mengevaluasi potensi karyawan diwaktu
yang akan datang.
Point yang perlu diperhatikan :
Penilaian terhadap karyawan yang terstandarkan
dengan berbagai tipe evaluasi dan beberapa penilaian. Digunakan untuk menilai
karyawan pada level Middle Management. Terdiri dari wawancara, psikotes,
evaluasi latar belakang, penilaian oleh rekan kerja, latihan simulasi, diskusi
kelompok, permainan manajemen
c.
Management By Objective (MBO)
Metode ini menitik beratkan
kepada pengukuran hasil nyata yang mampu dicapai oleh seorang tenaga kerja yang terlibat dalam proses
penentuan sasaran. Dengan kata lain proses penilaian prestasi kerja diukur dari mampu tidaknya mewujudkan sasaran
yang telah ditetapkan sebelumnya dan apabila mampu, seberapa jauh hasil
hasil nyata dibandingkan dengan sasaran tersebut, adakah
unsur-unsur yang dapat memberikan ke
efektifan dan efisiensinya.
Management By Objectives (MBO) yang diperkenalkan oleh Peter Drucker adalah sistem yang
menggambarkan kajian tentang target/sasaran yang hendak dicapai berdasarkan kesepakatan antara supervisor dan bawahannya. Kajian tentang bagaimana baiknya
bawahan berprestasi selalu ditinjau ulang dan dilakukan secara
periodik. Uji coba selalu dibuat untuk menuliskan target/sasaran dari
segi kuantitas. Para ahli percaya bahwa target/sasaran dapat dan selayaknya ditetapkan secara
kuantitatif.
Keuntungan MBO
Keuntungan terbesar dari metode MBO adalah
teredianya target/sasaran penilaian
kinerja yang merupakan kesepakatan antara supervisor dan
bawahannya. Pada tingkat individu, MBO dapat
menjadikan pegawai melakukan kontrol diri, membangun kepercayaan diri,
memotivasi diri, memperbaiki kinerja, mengembangkan masa depan dan
mempunyai pengetahuan penuh tentang
kriteria yang akan dievaluasi.
Pada tingkatan sehubungan
interpersonal. MBO dapat meningkatkan hubungan antara bawahan dengan
atasan, memperbaiki komunikasi, dan menyediakan kerangka kerja (framework) yang lebih
baik. Pada tingkat organisasi, perbaikkan kinerja kerja secara keseluruhan,
teridentifikasinya potensi manajemen dan kebutuhan pengembangan,
koordinasi sasaran/target yang lebih baik, dan terkuranginya
duplikasi serta overlapping tugas dan aktivitas merupakan keuntungan yang bisa didapat
dari metode MBO.
Kelemahan MBO
Pendekatan MBO bukanlah metode
yang paling sempurna. MBO efektif bila sistematis dapat menyatukan setting target yang dibuat oleh
individu dan organisasi. Target yang dihasilkan bersama antara supervisor dan bawahan dengan sendirinya berbeda dengan
target yang telah ditetapkan organisasi. Dengan demikian MBO juga
merupakan autocritic organisasi. Salah satu kelemahan MBO adalah : membutuhkan
waktu yang cukup lama hingga terkesan terjadi pemborosan
waktu. Beberapa masalah yang mungkin timbul
akibat diterapkannya metode MBO adalah :
1
Terlalu banyak tekanan pada ukuran tujuan
kuantitatif dapat membawa pada pengabaian tanggung jawab penting lainnya.
2
Tekanan pada kuantitas mungkin akan mengorbankan
kualitas.
3
Jika evaluasi didasarkan pada kesepakatan
hasil yang dicapai, maka bawahan secara sengaja atau tidak sengaja menset
target yang rendah sebagai hasil yang mereka capai.
4
Memungkinkan adanya tendensi mengadopsi target
atau tujuan yang dianggap penting oleh bawahan yang dominan.
5
Penyedia (supervisor ) dapat
mengasumsikan tidak ada latihan dan bimbingan.
Tim MBO dalam membangun dan
mengembangkan target/sasaran, program MBO kebanyakan menggunakan
sistem one-on-one antara supervisor dengan
bawahan. Pada kebanyakan instansi, sistem one-on-one tidak
dapat dilaksanakan pada kebanyakan pekerjaan yang sifatnya interdependen,
terutama pada tingkat manajer dan supervisor. Baik manajer
maupun supervisor kesulitan bila harus melakukan one-on-one pada
seluruh bawahannya untuk membangun dan mengkaji
ulang target/sasaran yang hendak dicapai.Di samping memakan waktu
yang cukup lama, juga akan mengganggu kegiatan kerja. Karenanya pada kabanyakan
instansi, metode MBO ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan tim untuk
mengkaji ulang target-target tersebut.
d.
Penilaian Diri (Self Appraisals)
Teknik penilaian ini berguna bila tujuan
evaluasi adalah untuk melanjutkan pengembangan diri. Bila karyawan menilai
dirinya, perilaku defensip cenderung tidak terjadi, sehingga upaya perbaikan
diri juga cenderung dilaksanakan. Point yang perlu diperhatikan :
1 Karyawan menilai
sendiri kinerja yang telah dicapai dan yang akan dicapai.
2 Memerlukan kematangan
diri karyawan untuk dapat menilai diri sendiri secara objektif.
3 Dimensi penting adalah
keterlibatan dan komitmen karyawan untuk melakukan proses perbaikan diri.
2.6 Daftar Penilaian Pekerjaan
2.7 Unsur-Unsur Pelaksanaan Dalam Penilaian Prestasi Kerja
Berikut ini unsur-unsur dasar dalam penilaian prestasi kerja.
Menurut Malayu S.P Hasibuan (2001:104)
antara lain :
1. Kesetiaan : Penilai menilai kesetiaan
pekerja terhadap pekerjaannya, jabatan dan organisasi. Kesetiaan ini
dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjag dan membela organisasi didalam
maupun diluar pekerjaan.
2. Prestasi
kerja : Penilai menilai hasil kerja
baik kualitas maupun kuantitas yang dapat dihasilkan oleh pekerja dari uraian
pekerjannya.
3. Kejujuran : Penilai menilai kejujuran dan
melaksanakan tugas-tugasnya memenuhi perjanjian baik bagi dirinya maupun
terhadap orang lain.
4. Kedisplinan : Penilai menilai kedisplinan
karyawan dalam mematuhi peraturan-peraturan yang ada dan mengerjakan
pekerjannya sesuai denga instruksi yang diberikan kepadanya.
5. Kreatifitas : Penilai menilai kemampuan
karyawan dalam mengembangkan kretifitasnya untuk menyelesaikan pekerjaannya
sehingga bekerja lebih berdaya dan berhasil guna.
6. Kerjasama : Penilai menilai terhadap
partisipasi dan kerjasama degan karyawan lainnya baik vertikal maupun
horizontal didalam maupun diluar pekerjaan.
7. Kepemimpinan : Penilai menilai kemampuan untuk
memimpin, mempengaruhi dan mempunyai pribadi yang kuat, dihormati, berwibawa
dan dapat memotivasi orang lain.
8. Kepribadian : Penilai menilai sikap perilaku
kesopanan, periang, disukai, memberi kesan menyenangkan, memperhatikan sikap
yang baik dan penampilan yang simpatik serta wajar dari karyawan tersebut.
9. Prakarsa : Penilai
menilai kemampuan berfikir berdasarkan inisiatif sendiri untuk menganalisis,
menilai, menciptakan, memberikan alasan, mendapatkan alasan,mendapatkan
kesimpulan dan membuat keputusan akan masalah yang dihadapinya.
10. Tanggung
jawab : Penilai menilai kesediaan
karyawan dalam mempertanggung jawabkan kebijaksanaannya, pekerjaan dan hasil
kerjanya, sarana dan prasarana yang dipergunakan.
2.8 Tip-Tip Dalam Melaksanakan Penilaian Prestasi
2.9 Permasalahan Dalam Penilaian
Penilaian kinerja
harus bebas dari diskriminasi. Apapun bentuk atau metode penilaian yang
dilakukan oleh pihak manajemen harus adil, realistis, valid, dan relevan dengan
jenis pekerjaan yang akan dinilai karena penilaian kinerja ini tidak hanya
berkaitan dengan masalah prestasi semata, namun juga menyangkut masalah gaji,
hubungan kerja, promosi/demosi, dan penempatan pegawai. Adapun bias-bias yang
sering muncul sebagai berikut :
a. Pemilihan
Metode Terbaik
Hingga saat ini tidak satupun
dari metode panilaian prestasi di atas dikatakan sebagai yang terbaik untuk semua
kondisi dan situasi organisasi. Kondisi dan situasi yang berbeda menghendaki
metode dan sistem yang berbeda. Menurut French (1986), metode penilaian
prestasi kerja yang terbaik tergantung pada :
·
Pendekatan pada metode penilaian pada pekerjaan
yang akan dinilai.
·
Variasi faktor organisasi yang dapat
menolong mengimplementasikan program penilaian (Iklim organisasi, training prosedur penilaian, dan
lain-lain).
b.
Kesalahan Penilaian
Penilaian yang benar dan dapat
dipercaya terutama penting di dalam menggunakan kesempatan
yang sama pada pekerja untuk mendapatkan petunjuk pelaksanaan (Juklak)
atau guidelines kerja.Sayangnya supervisor dapat membuat kesalahan
yang mengakibatkan peniaian menjadi kurang benar dan kurang dapat dipercaya.
Kesalahan yang mungkin dilakukan oleh penilai berkaitan dengan faktor manusia,
dimana penilai tidak dapat terlepas dari unsur subyektif dalam manusia.
Kesalahan tersebut di antaranya adalah :
Hallo Effect
Kesalahan hallo
effect sangat dimungkinkan bila penilai terpesona oleh perilaku pegawai
seperti penampilan atau kepribadiannya. Kekaguman ini dapat menutup mata
penilai terhadap kelemahan pegawai yang lain. Sebaliknya bila pegawai membuat
kesalahan kecil namun membekas di hati penilai, maka bisa jadi nilai yang
didapat hasilnya buruk meskipun sesungguhnya ia memiliki prestasi lebih.
Hallo effect juga kadang terjadi pada saat
penilaian awal pada pertemuan pertama antara seorang penilai saat bertemu degan
orang yang akan dinilainya di mana seseorang cenderung melakukan
penilaian-penilaian terhadap orang yang baru saja dikenalnya dengan cara
mengkategorikan setiap hal yang dilihat/dirasakannya pada orang tersebut dan
mencocokkannya dengan kategori-kategori yang telah ditetapkan olehnya
sebelumnya. Pendek kata, hallo effect adalah efek yang
ditimbulkan oleh seseorang dalam pertemuan pertama kali (kesan pertama).
Beberapa hal
pengkategorian yang sering menjadi acuan penilaian seseorang terhadap orang
yang baru saja ditemui / dikenalnya antara lain :
1.
Sifat
Orang cenderung akan
mengkategorikan sifat-sifat seseorang yang baru saja ditemuinya hanya dengan
berbicara beberapa kata saja / dengan melihat penampilannya saja dengan
beberapa kriteria contoh seperti :
·
Senyum seseorang saat pertemuan pertama menandakan bahwa orang
itu ramah dan menyenangkan.
·
Cara berjabat tangan yang erat saat berkenalan menandakan
pribadi yang hangat dan terbuka bagi sebuah pertemanan.
·
Pembicaraan / komunikasi yang cenderung tersendat pada pertemuan
pertama dan tidak berlangsung dengan lancar menandakan kalau orang tersebut
membosankan.
2. Fisik / kepribadian dalam keseharian
·
Aroma parfum yang menenangkan akan
mencerminkan seseorang dengan kepribadian yang hangat dan menyenangkan.
·
Penampilan seseorang yang rapi menunjukkan
sebuah kedewasaan dan kemandirian.
·
Cara berpakaian yang urakan menggambarkan
seseorang yang memiliki kehidupan pribadi yang tidak teratur.
Kecenderungan menilai rata-rata cukup atau menengah.
Kebanyakan
penilai kurang berani mencantumkan nilai yang rendah atau yang tinggi. Sikap
ini merupakan cerminan sebagaimana umumnya masyarakat dalam menilai. Penilaian
yang tinggi dikhawatirkan akan menjadikan pegawai sombong dan lupa
diri, sebaliknya penilaian yang rendah dikhawatirkan dapat menjatuhkan
mental pegawai. Karenanya seringkali penilai mencantumkan nilai rata-rata atau
nilai tengah.
Karena “kemurahan hati”
Subyektivitas
lainnya adalah kemurahan hati. Banyak penilai tidak tega mencatumkan nilai
sebenarnya. Seringkali panilai mencantumkan nilai katrol sebagai kemurahan hati.
Ketidakberanian mencantumkan nilai rendah selain karena khawatir akan
menjatuhkan mental pegawai, juga karena penilai khawatir disalahkan oleh
organisasi. Karena bisa jadi rendahnya nilai bukan semata-mata kesalahan
pegawai tapi karena kesalahan panilai dalam menilai (tidak valid dan
tidak reliable) atau penetapan target yang salah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penilaian
prestasi kerja merupakan sebuah proses formal untuk melakukan peninjauan ulang
dan evaluasi prestasi kerja seseorang secara periodik. Dapat diartikan juga
penilaian prestasi adalah suatu analisa yang adil dan jujur tentang nlai
karyawan bagi organisasi. Suatu ancangan yang obyektif, sistematis dan
menyeluruh kepada penilaian prestasi dapat menjadi suatu alat yang berguna bagi
perusahaan. Ia bukan saja menjadi suatu alat untuk memberikan bimbingan kepada
manajemen dalam menseleksi karyawan untuk kenaikan pagkat atau gaji tetapi juga
dipakai suatu alat pelatihan dan bimbingan guna membantu para karyawan pada
segala jenjang dari organissi untuk meningkatkan prestasinya, dan untuk
perencanaan karyawan berjangkauan panjang. penilaian prestasi dilakukan untuk
memperoleh informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan kegiatam manager sumber daya manusia (SDM) yang lain seperti perencanaan
SDM , penarikan dan seleksi , pengembangan SDM, perencanaan dan pengembangan
karir , program-program kompensasi, promosi, demosi, pensiun, dan pemecatan.
Metode yang paling luas dipakai untuk mengukur (validitas/kelayakan untuk
dipercayai) mengenai metode penilaian adalah membandingkan pengharkatan yang
paling akhir dengan pengharkatan-pengharkatan terdahulu. Menafsirkan penilaian
prestasi merupakan langkah penting yang terakhir. Walaupun sulit, tetapi
diperlukan.Diharapkan dengan adanya pembuatan makalah ini dapat mengetahui
bagaimana penilaian yang baik terhadap karyawan yang nantinya dapat diterapkan
dalam suatu perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
negerisiapa.blogspot.com/2017/06/penilaian-prestasi-kerja-kinerja.html
Mathis, R.L. & J.H. Jackson. 2006. Human Resource
Management: Manajemen Sumber Daya Manusia.
Terjemahan Dian Angelia. Jakarta: Salemba Empat.
Prof.Dr. P. Siagian Sondang.1996. Manajemen Sumber Daya
Manusia.Edisi 1.Bumi Aksara: Jakarta.
Handoko, T. Hani, Manajemen Personalia Dan Sumber Daya
Manusia, Edisi Kedua, Penerbit BPFE, Yogyakarta, 1987.
Tutus, Moh. Agus, Drs., Manajemen Sumber Daya Manusia,
Buku Panduan Mahasiswa, Cetakan Keempat, Penerbit PT. Gramedia, Pustaka
Utama, Jakarta, 1995
Komentar
Posting Komentar