Latihan dan Pengembangan SDM
LATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM
NAMA : PRIMAJATTI PRATIWI
NPM :
25216797
KELAS : 4EB10
MATA
KULIAH : MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
BAB I
PENDAHULUAN
Pelatihan
dan pengembangan sering kita dengar dalam dunia kerja di perusahaan,
organisasi, lembaga, atau bahkan dalam instansi pendidikan. Hal ini dapat
diasumsikan bahwa pelatihan dan pengembangan sangat penting bagi tenaga kerja
untuk bekerja lebih menguasai dan lebih baik terhadap pekerjaan yang dijabat
atau akan dijabat ke depan. Tidak terlalu jauh dalam instansi pendidikan,
pelatihan dan pengembangan sering dilakukan sebagai upaya meningkatkan kinerja
para tenaga kerja pendidikan yang dianggap belum mampu untuk mengemban pekerjaannya
karena faktor perkembangan kebutuhan masyarakat dalarn pendidikan.
Secara deskripsi tertentu potensi
para pekerja pendidikan mungkin sudah memenuhi syarat administrasi pada
pekerjaannya, tapi secara aktual para pekerja pendidikan harus mengikuti atau
mengimbangi perkembangan pendidikan sesuai dengan tugas yang dijabat atau yang
akan dijabatnya. Hal ini yang mendorong pihak instansi pendidikan untuk
memfasilitasi atau memfasilitatori pelatihan dan pengembangan karir para tenaga
kerja pendidikan guna mendapatkan hasil kinerja yang baik, efektif dan efisien.
Salah satu fungsi manajemen
surmberdaya manusia adalah training and development artinya bahwa untuk
mendapatkan tenaga kerja pendidikan yang bersumberdaya manusia yang baik dan
tepat sangat perlu pelatihan dan pengembangan. Hal ini sebagai upaya untuk
mempersiapkan para tenaga kerja pendidikan untuk menghadapi tugas pekerjaan
jabatan yang dianggap belum menguasainya. Management thought yang
dikernukakan Taylor, bahwa tenaga kerja membutuhkan latihan kerja yang tepat.
Teori ini sangat tepat untuk rnenghindari kemungkinan terburuk dalam kemampuan
dan tanggungjawab bekerja, sehingga dalam menyelesaikan tugas jabatan lebih
efektif dan efisien sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
Dalam instansi pendidikan biasanya
para tenaga kerja yang akan menduduki jabatan baru yang tidak didukung dengan
pendidikannya atau belum mampu melaksanakan tugasnya, biasanya upaya yang
ditempuh adalah dengan melakukan pelatihan dan pengembangan karir. Dengan
melalui pelatihan dan pengembangan, tenaga kerja akan mampu mengerjakan,
meningkatkan, mengembangkan pekerjaannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Tujuan Pelatihan dan Pengembangan
2.1.1 Pengertian Pelatihan dan Pengembangan
Definisi
Pelatihan dan Pengembangan secara umum :
Pelatihan dan Pengembangan adalah serangkaian
aktivitas yang dirancang oleh organisasi untuk meningkatkan pengetahuan,
keahlian, keterampilan dan kemampuan pegawai. Pelatihan lebih ditekankan pada peningkatan
kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang spesifik pada saat ini. Sedangkan Pengembangan lebih ditekankan pada
peningkatan pengetahuan untuk melakukan pekerjaan di masa yang akan datang.
Definisi
Pelatihan dan Pengembangan menurut para ahli :
Gary Dessler, pelatihan adalah proses mengajar
keterampilan yang dibutuhkan karyawan baru dan lama untuk melakukan
pekerjaanya, sedangkan pengembangan adalah usaha untuk meningkatkan prestasi
manajemen dimasa depan dengan menanamkan pengetahuan, perubahan perilaku, atau
peningkatan keterampilan.
Menurut Simamora, menyatakan bahwa pelatihan itu
diarahkan untuk membantu para karyawan menunaikan pekerjaan mereka saat ini
secara lebih baik, sedangkan pengembangan mewakili suatu investasi yang
berorientasi ke masa mendatang dalam diri para karyawan.
2.1.2 Tujuan Pelatihan dan Pengembangan
Tujuan Pelatihan dan Pengembangan secara umum
Pelatiahan dan Pengembangan adalah upaya untuk meningkatkan prestasi manajemen
pada saat sekarang atau di masa yang akan datang dengan memberikan pengetahuan,
merubah sikap, atau meningkatkan keterampilan dan kualitas sumber daya manusia.
Tujuan-tujuan utama pelatihan menurut (Simamora, 2009), pada intinya dapat
dikelompokkan ke dalam beberapa bidang :
1.
Memperbaiki
kinerja
2.
Memutakhirkan
keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi
3.
Mengurangi
waktu belajar bagi karyawan baru supaya menjadi kompeten dalam pekerjaan
4.
Membantu
memecahkan permasalahan operasional
5.
Mempersiapkan
karyawan untuk promosi
6.
Mengorientasikan
karyawan terhadap organisasi
7.
Memenuhi
kebutuhan-kebutuhan pertumbuhan pribadi
Tujuan-tujuan utama pengembangan menurut (Simamora,
2009), pada intinya dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bidang, sebagai
berikut:
1.
Produktivitas
kerja
2.
Efisiensi
3.
Kerusakan
4.
Kecelakaan
5.
Pelayanan
6.
Moral
karyawan
7.
Karier
8.
Kepemimpinan
9.
Kompensasi
2.2
Kapan Pelatihan Diperlukan
Kegiatan
pelatihan sangat penting karena bermanfaat guna menambah pengetahuan atau
ketrampilan terutama bagi yang mempersiapkan diri memasuki lapangan pekerjaan.
Sedangkan bagi yang sudah bekerja akan berfungsi sebagai “charger” agar
kemapuan serta kapabilitas kita selalu terjaga guna mengamankan existensi atau
peningkatan karir. Jadi kalaupun itu harus mengeluarkan biaya sebetulnya tidak
terlalu signifikan. Taruhlah kita jadwalkan untuk mengikuti pelatihan dengan
frekuensi satu kali dalam satu tahun. Maka biaya yang dikeluarkan apabila
dibagi prorata, jumlah pengeluaran rata-rata perbulan sungguh kecil dan tidak
sebanding dengan hasil yang diperoleh. Oleh karena itu ungkapan biaya dalam
konteks pelatihan biasanya lebih populer disebut sebagai investasi. Jadi kita
melakukan investasi dalam jumlah yang kecil untuk tetap survive dalam dunia
kerja yang sangat kompetitif akhir-akhir ini. Segala sesuatu dapat terjadi dan
berubah secara tiba-tiba. Hanya kemapuan dan upaya untuk me-“refresh”
kompetensi masing-masing kita yang membuat kita selalu dapat bertahan.
Jangan pernah lengah dan lalai karena yang dinilai adalah aktualisasi diri
bukanlah melulu bertumpu pada kebanggan background pendidikan atau nama besar
almamater.
2.3
Jenis Program Pelatihan dan Pengembangan
2.3.1 Jenis Program Pelatihan
Menurut sumbernya, metode pelatihan dapat dibagi menjadi dua,
yaitu in-house training dan external training. In-house training
(IHT) dapat berupa kegiatan on the job training (OJT), seminar,
lokakarya, pelatihan internal perusahaan, dan pelatihan berbasis komputer yang
sumbernya berasal dari dalam perusahaan. Sedangkan external
training terdiri dari kursus-kursus, seminar, dan lokakarya yang
diselenggarakan oleh asosiasi profesional, lembaga
pendidikan trainer profesional, yang dilakukan pihak lain di luar
perusahaan.
a. On the job training. Orientasi
lapangan ini biasanya dilaksanakan departemene SDM, dengan cara melibatkan
karyawan baru untuk terlibat secara langsung dalam kegiatan operasional
perusahaan.
b. Outside trainig. Perusahaan sering
menggunakan pelatihan di luar (outside trainig), dalam konteks pemahaman
bahwa dilatih di luar perusahaan oleh orang dalam, atau oleh orang luar
(diserahkan ke pihak lain).
Menurut Simamora (2004) metode pelatihan
dikelompokkan dalam tiga cara, yaitu :
a.
Presentasi
informasi, yaitu memberikan informasi-informasi yang dimiliki dari suatu
pelatihan kepada trainee.
b.
Metode
simulasi, yaitu teknik penerapan yang dilakukan dalam pelatihan.
c.
Pelatihan
pada pekerjaan, pelaksanaan langsung pelatihan pada pekerjaan yang sedang
dilaksanakan.
2.3.2 Jenis Program Pengembangan
a.
Pengembangan Secara Informal, yaitu karyawan
atas keinginan dan usaha secara mandiri, melatih dan mengembangkan dirinya
dengan mempelajari buku-buku literatur yang ada hubungannya dengan pekerjaan
atau jabatannya. Pengembangan secara informal menunjukkan bahwa karyawan
tersebut berkeinginan keras untuk maju dengan cara meningkatkan kemampuan
kerjanya. Hal ini bermanfaat bagi perusahaan karena prestasi kerja karyawan
semakin besar, di samping efisiensi dan produktivitasnya juga semakin baik.
b. Pengembangan Secara
Formal, yaitu karyawan ditugaskan perusahaan untuk mengikuti pendidikan atau
latihan, baik yang dilakukan perusahaan maupun yang dilaksanakan oleh
lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan.
2.4
Orientasi Pekerja Baru
Orientasi
Pekerja Baru Untuk Meningkatkan Produktivitas
Setelah
merekrut pegawai baru, maka harus ada satu proses yang penting yaitu bagaimana
memperkenalkan pegawai baru tersebut kepada lingkungan, peraturan dan tujuan
perusahaan, sehingga membantu pegawai tersebut masuk ke dalam bagian sebagai
pihak yang dapat memajukan perusahaan. Hal inilah yang dikenal dengan istilah
Orientasi Pegawai Baru. Beberapa waktu lalu sewaktu saya bekerja pada sebuah
bank, saya menemukan beberapa kasus tentang kurangnya orientasi pegawai baru.
Seorang Senior Manager yang baru direkrut, dia merasa kecewa karena ada
beberapa kebijakan yang belum dia ketahui, seperti tentang asuransi kesehatan
sehingga dia harus bolak balik melakukan urusan tentang kesehatan tersebut. Ada
juga beberapa pegawai baru tidak tahu dengan jelas apa yang mereka kerjakan,
sehingga kelihatan mereka tidak bekerja maksimal hanya menunggu perintah dari
atasan saja.Hal-hal tersebut di atas, seperti adanya kekecewaan dan
benturan-benturan, juga tidak jelasnya tujuan kerja, menyebabkan kurangnya
produktivitas, yang pada akhirnya mengganggu pencapaian tujuan
perusahaan.Seringkali karena kurangnya proses orientasi, menyebabkan kurangnya
produktivitas. Hal ini bisa disebabkan kurangnya informasi dan pemahaman
tentang peraturan dan bisnis perusahaan, akibatnya si pegawai baru tidak
mencapai target yang diharapkan, atau bisa saja dia tidak betah akan situasi
dan kondisi perusahaan yang tidak mendukung, akhirnya dia memilih keluar dari
perusahaan.
Beberapa
tahap orientasi yang penting dilakukan :
1.
Perkenalan
Memperkenalkan pegawai baru, mulai dari
unit kerjanya sendiri sampai unit kerja besarnya dan sampai unit-unit kerja
terkait lainnya, akan memberikan ketenangan dan kenyamanan si pegawai, karena
dia merasa diterima di lingkungannya dan hal tersebut akan mempermudah dia
untuk bertanya jika ada hal-hal yang kurang jelas, bahkan dapat membina kerja
sama dengan yang lain dalam rangka menjalankan tugasnya.
2.
Penjelasan
Tujuan Perusahaan
Dengan menjelaskan profil perusahaan
secara lengkap seperti visi, misi, nilai-nilai, budaya perusahaan dan struktur
organisasi, akan membuat pegawai baru lebih mengenal perusahaan tersebut,
sehingga akan membangkitkan motivasi dan kemampuan dia untuk mendukung tujuan
perusahaan.
3.
Sosialisasi
Kebijakan
Perlu adanya sosialisasi tentang
kebijakan perusahaan yang berlaku, mulai dari kebijakan baik yang terkait
dengan Sumber Daya Manusia seperti Reward, Career, Training, Hubungan
Kepegawaian, Penilaian Pegawai, sampai Termination, juga yang terkait dengan
unit kerja tempat dia bekerja, demikian juga tentang kode etik dan peraturan
perusahaan. Dengan demikian akan memperjelas hal-hal yang perlu ditaati dan dijalankan
dalam memperlancar tugas kerjanya.
4.
Jalur Komunikasi
Membuka jalur komunikasi akan
mempermudah pegawai baru menyampaikan aspirasinya maupun
pertanyaan-pertanyaannya. Untuk itu perlu dibukanya ruang komunikasi bagi
pegawai baru, baik melalui komunikasi rutin melalui tatap muka seperti meeting
rutin, friday session dll, juga dibukanya jalur media komunikasi seperti email
mapun telephone.
5.
Proses
Monitoring
Tentunya
pada awal bekerja, si pegawai baru sudah disosialisasikan target kerja yang
harus dicapai. Perlu adanya monitor rutin akan hasil kerjanya, sehingga akan
membantu pegawai tersebut lebih lagi meningkatkan kinerjanya. Jika ada
kekurangan, maka dapat disampaikan hal-hal yang perlu dia lakukan untuk
mengatasi kekurangan tersebut. Demikian juga jika ternyata pegawai tersebut
berhasil mencapai target yang lebih, maka dapat ditingkatkan lagi target
kerjanya.
2.5
Pelatihan dan
Tahap-Tahapnya
a.
Penentuan
kebutuhan pelatihanSDM
Tujuan penentuan
kebutuhan pelatihan SDM ini adalah untuk mengumpulkan sebanyak mungkin
informasi yang relevan guna mengetahui data atau menentukan apakah perlu
tidaknya dilakukan pelatihan SDM dalam organisasi tersebut
b. Mendesain program pelatihan SDM
Ketepatan metode
pelatihan SDM tergantung pada tujuan yang hendak dicapai identifikasi
mengenai apa yang diinginkan agar para pekerja harus mengetahui dan harus
melakukan.
c.
Evaluasi
efektifitas program pelatihan SDM
Pelatihan SDM harus
merupakan suatu solusi yang tepat bagi permasahan organisasi, yaitu bahwa
pelatihan SDM dimaksudkan untuk memperbaiki kekurangan dari keterampilan
setiappekerja. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menguji apakah pelatihan SDM
tersebut efektif di dalam mencapai sasaran-sasarannya yang telah ditetapkan
2.6
Pelatihan Formal dan
Non-Formal
2.6.1
Pelatihan
Formal
Pelatihan
formal adalah pelatihan yang dilaksanakan secara formal (resmi) oleh organisasi
atau perusahaan untuk para karyawan. Pelatihan jenis ini biasanya dilakukan
secara teratur, terjadwal dengan mengacu pada kurikulum-silabus yang sudah ada.
Kurikulum silabus disusun berdasarkan kebutuhan pelatihan yang sudah dikaji
sebelumnya, sehingga materi pelatihan itu benar-benar berkaitan dan dapat
meningkatkan kemampuan pelaksanaan pekerjaan sehari-hari karyawan.
Metode
pelatihan formal :
1.
Belajar
mandiri
2.
Metode belajar
dikelas/ceramah
3.
Pelatihan
ditempat kerja ( on the job training)
4.
Unjuk kerja
5.
Simulasi
6.
Sistem magang
7.
Pelatihan
vestibule
8.
Bermain peran
9.
Telaah kasus
10. Pelatihan
laboratorium
2.6.2
Pelatihan
Non Formal
Pelatihan nonformal adalah pelatihan
yang diadakan untuk melengkapi pelatihan formal. Pelatihan formal tidak selalu
dapat dilakukan, karna ia memerlukan biaya yang besar, waktu yang lama, dan
tenaga kerja yang harus dibayar mahal dan sebagainya. Salah satu jenis
pelatihan nonformal disebut Built In training (BIT ) atau pelatihan melekat
merupakan pelatihan yang berkesinambungan dan melekat dengan tugas setiap
atasan, untuk meningkatkan kemampuan karyawan dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan standar uraian pekerjaan yang sudah ditetapkan
sebelumnya.
2.7
Pelatihan
Supervisor, Pengembangan
Team dan Pengembangan Organisasi
Para manager dan supervisor
organisasi bertanggung jawab tidak hanya bagi kinerja mereka sendiri, tetapi
juga bagi kinerja dari para pekerjanya sendiri. Akibatnya tujuan dari pelatihan
supervisi adalah untuk meningkatkan keterampilan-keterampilan pengawasan atau
supervisi dan manajemen supaya membantu menejemen kepegawaian untuk
melaksanakan pekerjaan melalui orang lain dan untuk membantu pegawai-pegawai
dari manager dan supervisor agar bekerja lebih baik dan tangkas.
Ada
dua jenis pelatihan, yaitu: organizaton development (OD) dan sensitivity
training.
1.
organization
development yaitu:
para manager dan supervisor tidak hanya bertanggung jawab pada pelatihan
terhadap para pegawai secara perorangan untuk meningkatkan keteramplan kerja
mereka, tetapi juga membantu meningkatkan kualitas hubungan kerja dari para
pegawai.
Ciri-ciri organization development:
a. change
oriented.
b. action
orinted.
c. aimed
at employees.
2. Sensitivity training yaitu:hubungan-hubungan
kerja dalam kelompok kecil dan action research yang didasarkan pada pengumpulan
data dan pengumpanya kembali kepada para peserta guna memampukan mereka untuk
merubah perilakunya sendiri.Organisasi development memusatkan diri pada
variable-variable proses yang terdiri dari manusiawi ketimbang dari hasil kerja
itu sendiri.
2.8
Arti dan Pentingnya Pengembangan SDM
Peranan
dan arti penting sumber daya manusia dalam berbagai bidang
1.
Sumber Daya
Manusia Pendidikan
Untuk menciptakan sumber daya manusia
yang handal, faktor pendidikan adalah faktor utama untuk mencetaknya. Untuk itu
pelaku-pelaku pencerdas generasi bangsa ini adalah mereka yang benar-benar
berkompetensi di bidangnya. Keberadaan guru dan dosen memegang peranan penting
dalam proses pembelajaran masyarakat. Dari kerja keras guru dan dosen yang
profesional maka tidak mustahil jika hasil yang dicapai juga akan baik bagi
peningkatan sumber daya manusia.
2.
Sumber Daya
Manusia Pertanian
Peningkatan kualitas sumber daya manusia
di bidang pertanian terus dilakukan oleh pemangku kebijakan (stakeholder) dalam
hal ini adalah Departemen Pertanian RI. Pembangunan di sektor Pertanian
meliputi peningkatan kualitas SDM petani melalui penyuluhan tata cara bertani
yang baik, merupakan program DEPTAN dalam meningkatkan keterampilan dan
pemahaman tentang pertanian pada para petani.Bidang usaha yang paling maju di
Indonesia adalah bidang pertanian. Maju dalam arti paling dahulu diusahakan,
jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam usaha itu paling banyak, serta
pengalaman bangsa Indonesia di bidang ini tentunya paling banyak.
3.
Sumber Daya
Manusia Bidang Kesehatan
Terdapat 3 simpul permasalahan SDM
Kesehatan yaitu (1) masalah keterkaitan antara tugas jabatan dengan kompetensinya,
(2) masalah pengelolaan yang variatif khususnya dalam bidang reward, yang
tergantung padakemampuan daerah, dan (3) masalah ketidakseimbanganantara
rekruitmen, pendayagunaan dan pembinaan di berbagaidaerah khususnya daerah
terpencil.
2.9
Pengembangan SDM melalui Diklat
Strategi
Pengembangan SDM melalui Diklat
Dari
sudut pandang langsung organisasi, pengembangan seseorang di tempat kerja dapat
membantunya lebih kompeten melakukan pekerjaan. Ini akan makin meningkatkan
mutu produktivitas diri produktivitas organisasi. Pengembangan SDM yang ada
jauh lebih murah daripada merekrut dan mendidik pegawai baru, investasi
pengembangan SDM akan mengurangi biaya operasi organisasi dan mampu
menghasilkan kepuasan masyarakat yang lebih besar. Mengapa pelatihan dan
pengembangan SDM begitu penting?..jawaban yang paling sederhana adalah jika
organisasi pemerintah tidak mengembangkannya, maka organisasi akan kehilangan
potensi pegawainya.
Organisasi
yang tidak memberi harapan bagi orang-orang yang mempunyai keterampilan
kemungkinan hanya akan memiliki pegawai yang tidak terampil dan tidak dapat
diandalkan. Dalam kata – kata yang lebih positif, organisasi yang berkembang
adalah organisasi yang pengembangan SDM nya terus menerus.
Strategi
yang dapat ditempuh dalam pembinaan pengembangan SDM aparatur dimulai dari
pengkajian kebutuhan diklat (need assesment) untuk suatu program,
persiapan dan pelaksanaan pendidikan, evaluasi pasca pelatihan, pemberdayaan
serta dukungan anggaran yang memadai.
Selain
itu pengembangan SDM melalui Diklat, diklat yang dilaksanakan harus
dikembangkan dalam teknis pelaksanaannya. Sehingga diklat yang dilaksanakan
harus berbasis inovatif sehingga pegawai merasa nyaman dan tertarik untuk
mengikuti Diklat, Diklat jangan dijadikan objek laluan hanya sebatas pelaksanaan
tanpa hasil maksimal, sudah semestinya Diklat adalah proses pencetakan kualitas
SDM.
Dibanyak
organisasi pegawai antusias ketika ditawarkan untuk mengikuti Diklat, karena
pegawai merasa yakin ketika mereka mengikuti Diklat mereka akan mendapat
pengetahuan baru dan ketika berhasil pegawai akan mendapatkan penghargaan dari
organisasi.
2.10
Pengembangan melalui Penugasan
Untuk
mengembangkan potensi pegawai melalui penugasan pada jabatan-jabatan dari yang
sederhana sampai yang kompleks. Disamping itu bagi para pegawai juga diikut
sertakan dalam pendidikan dan pelatihan.
Apabila
pegawai dilatih dan selama proses latihan atau pengembangan, pegawai diberitahu
atau ditambah pengetahuannya bagaimana cara terbaik dalam melakukan sesuatu
pekerjaan atau kegiatan tertentu. Bila cara terbaik untuk mengerjakan sesuatu
itu benar-benar dikuasai oleh pegawai yang bersangkutan, maka dalam
melaksanakan pekerjaan itu dia akan lebih efisien mengerjakannya jika
dibandingkan dengan cara mengerjakannya sebelum ia mengikuti latihan yang
bersangkutan.
Selanjutnya
pegawai yang lebih trampil atau lebih mempunyai pengetahuan dalam mengerjakan
sesuatu pekerjaan oleh pimpinan tidak perlu selalu mengawasinya. Jika pegawai
dilatih atau dikembangkan yang salah satu tujuannya agar pimpinan dapat
mengurangi pengawasannya terhadap pegawai tersebut.
Program-program
pendidikan dan pengembangan SDM diarahkan pada pemeliharaan dan peningkatan
kinerja pegawai. Program pendidikan adalah suatu proses yang di desain untuk
memelihara ataupun meningkatkan kinerja pegawai. Program pengembangan adalah
suatu proses yang didisain untuk mengembangkan kecakapan yang diperlukan bagi
aktivitas kerja dimasa datang. Ada perbedaan pengertian antara peningkatan
dengan pengembangan kinerja pegawai. Peningkatan mengacu pada kuantitas, yaitu
meningkatnya kemampuan baru bagi pekerja
2.11
Pengembangan melalui Mutasi/Promosi
Promosi
adalah penghargaan dengan kenaikan jabatan dalam suatu organisasi ataupun
instansi baik dalam pemerintahan maupun non pemerintah (swasta).
Pedoman
yang dijadikan dasar untuk mempromosikan karywan atau pegawai menurut Handoko
(1999) adalah:
a. Pengalaman
(lamanya pengalaman kerja karyawan).
b. Kecakapan
(keahlian atau kecakapan).
c. kecakapan
dan pengalaman (lamanya pengalaman dan kecakapan).
Mutasi atau transfer menurut Wahyudi (1995)
adalah perpindahan pekerjaan seseorang dalam suatu organisasi yang memiliki
tingkat level yang sama dari posisi perkerjaan sebelum mengalami pindah kerja.
Kompensasi gaji, tugas dan tanggung jawab yang baru umumnya adalah sama seperti
sedia kala.
Sebab-sebab pelaksanaan mutasi menurut Siswandi
(1999) digolongkan sebagai berikut :
a.
Permintaan
sendiri
Mutasi
atas permintaan sendiri adalah mutasi yang dilakukan atasa keinginan sendiri
dari karyawan yang bersangkutan dan dengan mendapat persetujuan pimpinan
organisasi.
b.
Alih
tugas produktif (ATP)
Alih
tugas produktif adalah mutasi karena kehendak pimpinanan perusahaan untuk
meningkatkan produksi dengan menempatkan karywan yang bersangkutan ke jabatan
atau pekerjannya yang sesuai dengan kecakapannya.
2.12
Pengembangan melalui GKM
Pengertian
GKM di dalam perusahaan adalah sekelompok kecil karyawan yang terdiri dari 3-8
orang dari unit kerja yang sama, yang dengan sukarela secara berkala dan berkesinambungan
mengadakan pertemuan untuk melakukan kegiatan pengendalian mutu di tempat
kerjanya dengan menggunakan alat kendali mutu dan proses pemecahan masalah.
Definisi
lain GKM adalah sejumlah karyawan dengan pekerjaan yang sejenis yang bertemu
secara berkala untuk membahas dan memecahkan masalah-masalah pekerjaan dan
lingkungannya dengan tujuan meningkatkan mutu usaha dengan menggunakan
perangkat kendali mutu.
Mutu usaha secara keseluruhan meliputi :
1.
Produk, biaya, waktu dan penyediaan.
2.
Keamanan, keselamatan dan kenyamanan
kerja.
3.
Metodologi kerja baik bagi kepentingan
konsumen, maupun kepentingan pemerintah serta masyarakat pada umumnya.
Karena
masalah mutu secara keseluruhan akan tercermin pada semua segi dari suatu
usaha, maka tiap perbaikan usaha, betatapun kecilnya akan merupakan sumbangan
yang bermakna bagi upaya peningkatan mutu secara keseluruhan. GKM adalah
kelompok yang ssemangat dan tekadnya sangat besar, tetapi sederhana ambisinya,
mereka tidak ingin memaksakan diri untuk memecahkan masalah yang besar,
melainkan:
1.
masalah yang mereka alami sendiri secara
nyata
2.
masalah yang berada dalam jangkauan
kemampuan dan wewenangny
Sasaran
GKM
1.
Meningkatkan kemampuan
manajerial para karyawan operasional, agar tumbuh kebiasaan berpikir analitis
2. Mendorong
setiap karyawan agar mampu memberikan sumbangan pikiran yg berkaitan dengan
pengendalian mutu, sehingga tercipta lingk kerja dimana karyawan sadar akan
mutu, permasalahan dan merasa berkepentingan untuk memperbaikinya
3. Meningkatkan
moral karyawan dengan membuka kesempatan untuk berperan serta dalam
mengembangkan mutu di unit kerjanya dengan didukung oleh pola hub karyawan dan
atasan harmonis
4.
Mengarahkan agar setiap
karyawan dapat terlibat dalam suatu bentuk kerjasama kel yang dinamis dalam
usaha untuk mencari pemecahan masalah dalam mutu pelayanan/produk/mutu
kerja
Tujuan
Umum GKM
1.
Meningkatkan
keterlibatan karyawan anggota pada persoalan-persoalan pekerjaan dan paya
pemecahannya.
2. Menggalang
kerjasama kelompok (teamwork) yang lebih efektif.
3. Meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah.
4. Meningkatkan
pengembangan pribadi dan kepemimpinan.
5. Menanamkan
kesadaran tentang pencegahan masalah
2.13
Pengembangan melalui Waskat
Unsur Pengawasan Melekat
Untuk
menciptakan pengendalian manajemen yang memadai, digunakan delapan unsur Waskat
dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran satuan organisasi / kerja. Delapan
unsur Waskat tersebut adalah pengorganisasian,personil, kebijakan, perencanaan,
prosedur, pencatatan, pelaporan,supervisi dan reviu intern. Pimpinan organisasi
wajib melakukan evaluasisecara terus menerus terhadap pelaksanaan unsur Waskat
dengan menggunakan beberapa metode seperti lembar periksa (checklist ),
jajak pendapat, bagan arus (flowchart ) dan wawancara.
1.
Pengorganisasian
Organisasi
adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang ataulebih yang bekerja
bersama-sama dan secara formal terikat untukmencapai tujuan yang telah
ditentukan. Organisasi membutuhkan adanya struktur organisasi dan uraian tugas
yang jelas. Struktur organisasi dibuat untuk memberikan kejelasan tentang
kedudukan, fungsi, kewenangan, dan tata kerja yang berlaku didalamnya. Uraian
tugas yang jelas dibutuhkan untuk memastikan adanya pendelegasian wewenang,
batas tanggung jawab, tugas, dan fungsi. Seluruh tugas harus terbagi habis.
Perangkapan jabatan dan konflik kepentinganpribadi dalam organisasi harus
dihindarkan, karena akan memperlemahpengendalian manajemen.Pengorganisasian
merupakan proses pembentukan organisasi sehinggacakupannya lebih luas dan lebih
dinamis dari pada istilah organisasi.Melalui pengorganisasian, bentuk suatu
organisasi pemerintah dapat di desain sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan
perkembangan.
Didalamnya
termasuk fungsi manajerial ataupengelolaan sumber daya yang dimiliki berupa
manusia, unsur dan praunsur fisik, teknologi, dan dana, guna memanfaatkan
peluang yangdiperoleh dan menghadapi tantangan pembangunan.Suatu
pengorganisasian yang baik harus memenuhi kriteria, antara lain:
a.
proses pembentukan dan penyusunan
struktur organisasi harusmengacu pada upaya menciptakan organisasi yang efektif
danefisien;
b.
penyusunan struktur organisasi harus
mengacu pada misi dan tujuanorganisasi;
c.
pendefinisian wewenang tanggung jawab
untuk masing-masing jabatan harus seimbang dengan tugas dan fungsinya;
d.
penetapan pejabat harus sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan(kompetensi) untuk masing-masing jabatan;
e.
pendelegasian wewenang harus diikuti
dengan tanggung jawab yang sesuai dengan tugas dan fungsinya.
2. Personil
Pembinaan
personil merupakan upaya menjaga agar faktor sumber daya manusia yang
menjalankan sistem dan prosedur satuan organisasi/kerja pemerintah memiliki
kemampuan secara profesionaldan moral sesuai dengan kebutuhan tugas dan
tanggung jawabnya.Keseimbangan hubungan antara kemampuan dengan beban tugas
dantanggungjawabnya harus dijaga karena kemampuan yang terlalu dominan terhadap
tugas dan tanggung jawab akan mengeliminasi kepuasan kerja, semangat, motivasi,
dan kreativitas. Sebaliknya jika beban tugas dan tanggung jawab melebihi batas
kemampuan akan menghasilkan kinerja di bawah standar yang pada akhirnya dapat
menimbulkan inefisiensi dan inefektivitas, mengurangi keandalan laporan, atau
secara tidak disadari keluar dari kebijakan dan peraturan.Untuk itu pembinaan
personil harus dilakukan secara sistematis dan terencana dengan baik.Kegiatan
pembinaan personil dilakukan mulai dari proses rekruitmen sampai dengan
pemberhentian, antara lain:
a.
formasi pegawai harus
ditentukan secara tepat;
b.
penerimaan dan
penempatan pegawai harus didasarkan padaformasi yang lowong dengan seleksi yang
obyektif;
c.
pendidikan dan
pelatihan untuk meningkatkan kemampuan, keahlian,dan keterampilan serta
pengembangan karier pegawai;
d.
perencanaan dan
pengembangan karier yang jelas;
e.
sistem penghargaan yang
dapat memotivasi pegawai dan pemberiansanksi yang memiliki efek jera bagi
pegawai;
f.
pemberhentian pegawai
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yangberlaku.
3. Kebijakan
Kebijakan
merupakan pedoman yang ditetapkan oleh pimpinan satuan organisasi/kerja untuk
mendorong tercapainya tujuan satuan organisasi/kerja.Perumusan kebijakan
merupakan proses yang dapat menghasilkan kebijakan yang memayungi dan mendasari
kebijakan yang lebih rendah, menghasilkan kebijakan yang mempererat,
merenggangkan, dan membatasi hubungan tata kerja bagian organisasi, serta
menghasilkan kebijakan yang merupakan penjabaran yang lebih operasional
terhadap kebijakan yang lebih tinggi. Perumusan kebijakan meliputi kebijakan
perencanaan sampai pelaksanaan dan pelaporan.Suatu kebijakan yang baik harus
memenuhi beberapa kriteria berikut:
a. jelas
dan tertulis;
b. dapat
secara efektif dikomunikasikan kepada seluruh personil dalamorganisasi;
c. dapat
memberikan motivasi pencapaian tujuan, program atau target;
d. tidak
boleh tumpang tindih dan harus ditinjau kembali secara berkala;
e. transparan
dan memberi unsur komunikasi timbal balik antara stafdengan pimpinan;
f. dapat
meningkatkan disiplin kerja para pegawai;
g. konsisten
dengan tujuan organisasi;
h. konsisten
dengan pola pemecahan masalah yang baku yang berlakudalam organisasi;
4. Perencanaan
Perencanaan
merupakan suatu proses penetapan tujuan serta langkah-langkah kegiatan yang
akan dilakukan pada masa datang dengan sumber daya yang diperlukan dalam rangka
mewujudkan pencapaiantujuan organisasi.Pengawasan melekat sebagian diwujudkan
di dalam perencanaan karena di dalamnya sudah memuat standar dan rambu-rambu
yangharus dipatuhi dalam pelaksanaan oleh seluruh jajaran pimpinan dan
staf.Suatu perencanaan yang baik harus memenuhi beberapa kriteriaberikut:
a.
merupakan jabaran dari
tujuan;
b.
melibatkan semua pihak
terkait;
c.
realistis;
d.
mempertimbangkan
prinsip ekonomi;
e.
dikomunikasikan;
f.
dapat diukur;
g.
menjadi dasar
pelaksanaan kegiatan;
h.
fleksibel;
i.
dapat digunakan sebagai
unsur pengendalian;
j.
memperhitungkan risiko
yang akan dihadapi.
5. Prosedur
Prosedur
merupakan rangkaian tindakan untuk melaksanakan aktivitas tertentu yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.Prosedur yang baik mampu
memberi kejelasan bagi personil yangmelaksanakan. Dengan demikian, prosedur
harus dibuat secara tertulis,sederhana, mudah dimengerti, disosialisasikan
kepada pihak yang ber-kepentingan, dan memberikan pelayanan prima kepada
pemakai jasa(users). Suatu prosedur yang memenuhi kriteria tersebut di atas
dandipatuhi pelaksanaannya, dengan sendirinya akan membentuk jaringan Waskat
yang andal.Pelaksanaan suatu prosedur yang baik harus memperhatikan beberapahal
antara lain:
a. dapat
menggambarkan kebijakan secara eksplisit;
b. prosedur
harus memiliki tujuan yang dapat diidentifikasi secara jelas;
c. pengorganisasian
prosedur harus dapat menunjang tercapainyatujuan prosedur;
d. penyusunan
prosedur harus didukung dengan kebijakan yangmemadai;
e. peraturan
perundang-undangan yang terkait harus dipertimbangkandi dalam penyusunan
prosedur;
f. penempatan
personil dalam pelaksanaan prosedur harus memadai,baik kuantitas maupun
kualitasnya;
g. prosedur
tidak terlalu rinci sehingga kaku, kecuali untuk kegiatanyang bersifat mekanis;
h. sederhana,
efisien, dan aman;
i. kegiatan-kegiatan
atau langkah-langkah di dalam prosedur harusterkoordinasi dan terdapat
pengecekan internal di dalamnya;
j. dituangkan
secara tertulis dan mudah dimengerti;
k. dikomunikasikan
kepada semua pihak yang terkait;
l. hasil
pelaksanaan prosedur harus dibuatkan laporannya; dan
m. direview
secara berkala.
6. Pencatatan
Pencatatan
merupakan proses pendokumentasian transaksi/kejadian secara sistematis yang
relevan dengan kepentingan organisasi instansi.Pencatatan juga mencakup proses
pengolahan data yang diperoleh menjadi informasi dalam bentuk keluaran olahan
data atau laporan.Dalam proses pengolahan data dilakukan klasifikasi data
transaksi/kejadian yang melibatkan faktor manusia, sistem yang bersifat manual
ataupun terotomatisasi, serta tujuan pengolahan. Di lingkungan satuan
organisasi/kerja, pencatatan meliputi kegiatan tata
persuratan,pembukuan/akuntansi, administrasi kepegawaian, administrasi barang
dan jasa, dan dokumentasi kegiatan lainnya.Efektivitas pengendalian yang memadai
di bidang pencatatan akan menjamin keandalan proses pengolahan data menjadi
keluaran yang bebas dari kekeliruan dan kesalahan yang signifikan.Suatu
pencatatan yang baik harus memenuhi beberapa kriteria berikut:
a. dirancang
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi organisasi;
b. prosedur
pencatatan dan manualnya harus disusun dengan baik dancermat;
c. sistem
pencatatan harus didukung dengan kebijakan yang jelas danmemadai;
d. pencatatan
harus menggunakan dokumen sumber, formulir, tabulasi,daftar-daftar statistik,
dan buku-buku yang dirancang secaramemadai;
e. lengkap
dan informatif;
f. mentaati
sistem dan prosedur kerja yang telah ditetapkan;
g. diselenggarakan
secara akurat dan tepat waktu;
h. diselenggarakan
secara sederhana, konsisten, runtut, danterintegrasi;
i. dipisahkan
dari fungsi penguasaan dan fungsi penyimpanan;
j. direviu
secara berkala.
7. Pelaporan
Pelaporan
merupakan bentuk penyampaian informasi tertulis kepada unit kerja yang lebih
tinggi (pemberi tugas) atau kepada instansi lainyang mempunyai garis
kepentingan interaktif dengan instansi pembuat laporan. Pelaporan merupakan
konsekuensi logis dari adanya pendelegasian wewenang. Secara fisik, laporan
dapat berbentuk suratatau media lainnya. Pelaporan yang baik harus memenuhi
beberapa kriteria berikut:
a. mengandung
kebenaran, obyektif, dan dapat dibuktikan;
b. jelas
dan akurat;
c. langsung
mengenai sasaran;
d. lengkap;
e. tegas
dan konsisten;
f. tepat
waktu;
g. tepat
penerimanya; dan mempertimbangkan faktor manfaat dan biaya.
8. Supervisi
dan Reviu Intern
Supervisi
merupakan pengawasan unsur pimpinan terhadappelaksanaan tugas yang dilaksanakan
oleh stafnya. Reviu intern adalahsuatu aktivitas untuk mengevaluasi pelaksanaan
kebijakan, program,dan kegiatan yang telah ditetapkan yang dilakukan oleh
pimpinan ataupejabat yang berwenang bersama-sama dengan staf pimpinan atau
dila-kukan oleh APIP, terhadap pelaksanaan tugas yang diberikan. Dengan kata lain reviu intern
adalah memeriksa apakah seluruh sistempengendalian telah berfungsi secara baik,
untuk memastikankeberhasilan pencapaian misi organisasi.
Supervisi
yang baik harus memenuhi beberapa kriteria berikut:
a. bersifat
pembinaan personil;
b. tidak
mengganggu jalannya kegiatan organisasi;
c. dilaksanakan
oleh orang atau orang-orang yang memahami kegiatanyang disupervisi;
d. mampu
meningkatkan kinerja yang berada dibawah standar; dan
e.
menggunakan metode atau
instrumen yang tepat.
Reviu intern yang baik harus memenuhi beberapa
kriteria berikut:
a.
dilakukan
oleh pihak yang berkompeten dan independen;
b.
dilakukan
sesuai dengan kebutuhan;
c.
ruang
lingkup yang direviu harus dirumuskan secara jelas;
d.
dilakukan
secara periodik atau waktu tertentu sesuai kebutuhan;
e.
menekan
perbaikan terhadap suatu kelemahan, bukan mencarikesalahan; dan
f.
harus
dilaksanakan secara efisien dan ekonomis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pelatihan dan
Pengembangan adalah serangkaian aktivitas yang dirancang oleh organisasi untuk
meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan kemampuan pegawai. Pelatihan lebih ditekankan pada
peningkatan kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang spesifik pada saat ini. Sedangkan Pengembangan lebih ditekankan pada
peningkatan pengetahuan untuk melakukan pekerjaan di masa yang akan datang.
Tujuan-tujuan utama pengembangan menurut (Simamora,
2009), dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bidang, sebagai berikut: (1)Produktivitas
kerja, (2)Efisiensi, (3)Kerusakan, (4)Kecelakaan, (5)Pelayanan, (6)Moral
karyawan, (7)Karier, (8)Kepemimpinan, (9)Kompensasi.
DAFTAR PUSTAKA
https://irrineayu.wordpress.com/2015/04/03/pelatihan-dan-pengembangan-sdm-pengertian-manfaat-metode/
Komentar
Posting Komentar