Pendahuluan dan Ruang Lingkup Manajemen SDM



PENDAHULUAN DAN RUANG LINGKUP
MANAJEMEN SDM




NAMA                     : PRIMAJATTI PRATIWI    
NPM                       : 25216797
KELAS                    : 4EB10                
MATA KULIAH    : MANAJEMEN SUMBER DAYA                                      MANUSIA
            




AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA



BAB I
PENDAHULUAN

            Setiap organisasi yaitu sebagai wadah atau tempat di mana dua orang atau lebih bekerja sama untuk mencapai tujuan, maka dapat dipastikan bahwa tanpa tujuan tidak perlu ada organisasi. Tujuan organisasi bermacam­-macam, tergantung dari banyaknya pihak yang berkepentingan (stakeholder) dengan kehadiran organisasi itu. Pihak-pihak yang berkepentingan itu antara lain, terdiri atas para pemegang saham, karyawan, pemasok, pemakai, pemerintah, dan masyarakat. Tujuan organisasi bagi pemegang saham adalah untuk meningkatkan keuntungan. Bagi konsumen adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan, bagi masyarakat adalah untuk meningkatkan rasa tangung jawab kepada masyarakat, dan bagi pemerintah adalah untuk meningkatkan penerimaan pajak. Bagi karyawan adalah untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan agar pada gilirannya dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan dan juga kinerja organisasi.
            Untuk mencapai tujuan atau tujuan-tujuan tersebut perlu ada kegiatan dan untuk melaksanakan kegiatan itu diperlukan sumber daya, seperti misalnya sumber daya finansial, fisik, teknologi, dan sumber daya manusia (SDM). Sumber daya finansial merupakan salah satu unsur penting dalam rangka membentuk perusahaan yang maju dan terus berkembang karena berhubungan dengan saham yang merupakan modal utama dalam membangun sebuah perusahaan dan mengembangkan serta melanjutkan perusahaan tersebut. Sumber daya fisik merupakan sumber daya yang menyangkut penunjang secara fisik berdirinya suatu perusahaan seperti alat-alat kelengkapannya. Kemampuan teknologi juga merupakan unsur penunjang penting dalam menggerakan perusahaan, karena dengan adanya kelengkapan teknologi dan kecanggihan teknologi akan memudahkan berjalannya suatu perusahaan. Sumber daya manusia merupakan sektor sentral dan penting dalam rangka pencapaian tujuan di suatu perusahaan, karena dengan adanya kemampuan skill para pekerja dan kualitas sumber daya manusia dapat menggerakan perusahaan dengan baik dan benar.
            Dari keempat sumber tersebut aspek yang terpenting yaitu manusia, karena manusia merupakan penggerak terpenting dalam perusahaan. Maju dan tidaknya perusahaan tergantung pada pengelolaan sumber daya manusia ini dapat dilakukan dalam suatu perusahaan itu atau oleh suatu departemen tertentu. Manusia merupakan faktor strategis dalam semua kegiatan institusi/organisasi. Selanjutnya, MSDM berarti mengatur, mengurus SDM berdasarkan visi perusahaan agar tujuan organisasi dapat dicapai secara optimum.Karenanya, MSDM juga menjadi bagian dari Ilmu Manajemen (Management Science) yang mengacu kepada fungsi manajemen dalam pelaksanaan proses-proses perencanaan, pengorganisasian, staffing, memimpin dan mengendalikan.
            Oleh karenanya manajemen SDM mempunyai kewajiban untuk : memahami perubahan yang semakin komplek yang selalu terjadi di lingkungan bisnis, harus mengantisipasi perubahan teknologi, dan memahami dimensi internasional yang mulai memasuki bisnis akibat informasi yang berkembang cepat. Perubahan paradigma dari manajemen SDM tersebut telah memberikan fokus yang berbeda dalam melaksanakan fungsinya di dalam organisasi. Ada kecenderungan untuk mengakui pentingnya SDM dalam organisasi dan pemusatan perhatian pada kontribusi fungsi SDM bagi keberhasilan pencapaian tujuan strategi perusahaan. Hal ini dapat dilakukan perusahaan dengan mengintegrasikan pembuatan keputusan strateginya dengan fungsi-fungsi SDM maka akan semakin besar kesempatan untuk memperoleh keberhasilan.
            Keberadaan SDM dalam sebuah organisasi sangat penting karena mereka yang memprakarsai terbentuknya organisasi, mereka yang berperan membuat keputusan untuk semua fungsi dan mereka juga yang berperan dalam menentukan kelangsungan hidup organisasi itu. Namun, sumber daya manusia tersebut tidak dengan sendirinya tertarik untuk mau menjadi anggota dari sebuah organisasi dan bukan organisasi yang lain, dan setelah bergabung mereka juga tidak dengan sendirinya dapat berprestasi.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Manajemen
      Secara umum, manajemen adalah suatu proses di mana seseorang dapat mengatur segala sesuatu yang dikerjakan oleh individu atau kelompok. Manajemen perlu dilakukan guna mencapai tujuan atau target dari individu ataupun kelompok tersebut secara kooperatif menggunakan sumber daya yang tersedia.
      Selain itu, manajemen juga dapat diartikan menurut etimologinya. Manajemen berarti sebagai seni mengatur dan melaksanakan, berdasarkan Bahasa Prancis kuno. Manajemen juga dapat diartikan sebagai usaha perencanaan, koordinasi, serta pengaturan sumber daya yang ada demi mencapai tujuan secara efektif dan efisien menggunakan sumber daya organisasi.

Definisi Manajemen Menurut Para Ahli
Di bawah ini merupakan 5 definisi manajemen yang dikemukakan oleh para ahli dalam ilmu manajemen:
1.      Mary Parker Follet, manajemen adalah seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.
  1. Ricky W. Griffin, manajemen adalah sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien.
  2. Henry Fayol, manajemen adalah ilmu yang mengandung gagasan atau ide 5 fungsi utama yaitu merancang, memerintah, mengorganisir, mengendalikan dan mengkoordinasi.
  3. George R. Terry, manajemen adalah proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan: perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-sumber lain.
  4. Eiji Ogawa, manajemen adalah perencanaan, pengimplementasian, serta pengendalian dari setiap kegiatan yang dilakukan oleh setiap perusahaan atau organisasi dengan menetapkan setiap sasaran yang disempurnakan sesuai dengan kondisi (fleksibel).

2.2  Fungsi-Fungsi Manajemen

Manajemen memiliki 4 fungsi utama yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating), dan pengawasan (controlling).

Definisi Manajemen Adalah Pengertian Manajemen
Terlihat pada gambar di atas bahwa fungsi manajemen terdiri dari kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan yang menggunakan sumber daya tertentu untuk mencapai tujuan organisasi tertentu dengan efisien dan efektif.
1.     Perencanaan (Planning)
            Perencanaan berarti kegiatan menetapkan tujuan organisasi dan memilih cara yang terbaik untuk mencapai tujuan tersebut. Langkah pertama, rencana ditetapkan untuk organisasi secara keseluruhan. Kemudian, rencana yang lebih detail untuk masing-masing bagian atau divisi ditetapkan.
            Kedua, mengarahkan kegiatan organisasi yang meliputi penggunaan sumber daya dan penggunaannya untuk mencapai tujuan organisasi,  memantapkan konsistensi kegiatan anggota organisasi agar sesuai dengan tujuan organisasi, dan memonitor kemajuan organisasi dalam menentukan program yang maksimal. Jika organisasi berjalan menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan, dapat dilakukan perbaikan.
            Manfaat ketiga erat kaitannya dengan kegiatan pengendalian. Pengendalian memerlukan perencanaan dan perencanaan bermanfaat bagi pengendalian.
2.     Pengorganisasian (Organizing)
               Pengorganisasian dapat diartikan sebagai kegiatan mengkoordinasi sumber daya, tugas, dan otoritas diantara anggota organisasi agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan cara yang efisien dan efektif.
Proses pengorganisasian ini  membentuk organisasi, kemudian membaginya ke dalam unit-unit yang sesuai dengan fungsi berbeda-beda pada masing-masing unitnya, namun memiliki tujuan yang sama. Pada proses pengorganisasian, dirancanglah hubungan antara pekerjaan atau jabatan, personel, dan faktor fisik lainnya. Dalam proses ini juga terbentuk struktur organisasi yang akan menunjukkan dengan jelas bagaimana hubungan antar unitnya.
            Contohnya, kegiatan di perusahaan kebanyakan di organisasi berdasarkan fungsi pokok perusahaan seperti pemasaran, keuangan, produksi, administrasi, dan personalia. Masing-masing dikelompokan menjadi departemen atau bagian sendiri dan dipimpin oleh masing-masing manajer yang bertanggung jawab kepada direktur utama (CEO).
3.     Pengarahan (Actuating)
                    Setelah struktur organisasi ditetapkan dan orang-orangnya telah ditentukan, langkah selanjutnya adalah membuat orang-orang tersebut bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Manajer perlu mengarahkan mereka dengan cara memberi pengarahan (directing), memengaruhi orang lain (influencing), dan memotivasi orang tersebut untuk bekerja (motivating). Pengarahan sering dikatakan sebagai kegiatan manajemen yang paling menantang dan paling krusial karena langsung berhadapan dengan manusia.
4.     Pengendalian (Controlling)
            Tahap terakhir proses manajemen adalah pengendalian. Pengendalian bertujuan melihat apakah kegiatan organisasi sesuai dengan rencana atau tidak.
Fungsi pengendalian meliputi 4 kegiatan, yaitu:
1.      Menentukan standar prestasi
2.      Mengukur prestasi yang telah dicapai selama ini
3.      Membandingkan prestasi yang telah dicapai dengan standar prestasi
4.      Melakukan perbaikan jika ada penyimpangan dari standar prestasi yang telah ditentukan.
Kemudian, kembali lagi ke fungsi awal yaitu perencanaan untuk periode berikutnya.

2.3  Pengertian Sumber daya manusia (SDM) 
      Sumber Daya Manusia merupakan salah satu aspek yang amat penting bahkan tidak dapat dilepaskan dari sebuah organisasi, baik institusi ataupun industri. SDM juga adalah kunci yang memastikan kemajuan industri. Pada hakikatnya, SDM berupa manusia yang dipekerjakan di sebuah organisasi sebagai pelopor, pemikir dan perencana untuk mencapai tujuan organisasi itu. Pengertian SDM dapat dibagi menjadi dua, yakni :
-        SDM secara mikro merupakan individu yang beroperasi dan menjadi bagian suatu industri atau institusi dan umum dikenal sebagai karyawan, pegawai, tenaga kerja, pekerja, buruh dan lain sejenisnya.
-        SDM secara makro merupakan masyarakat suatu negara yang telah memasuki usia angkatan kerja, baik yang belum bekerja ataupun yang telah bekerja.
Secara garis besar, pengertian sumber daya manusia merupakan individu yang bekerja sebagai aktivis suatu organisasi, baik institusi ataupun industri dan berperan sebagai aset yang harus dilatih dan dikembangkan kemampuannya.

      Menurut Nawawi (2001:37) Sumber daya manusia adalah orang-orang yang bekerja dan berfungsi sebagai aset organisasi atau perusahaan yang dapat dihitung jumlahnya (kuantitatif). SDM adalah potensi yang menjadi motor penggerak organisasi yang berbeda dengan sumber daya yang lainnya. Nilai-nilai kemanusiaan yag dimilikinya mengharuskan sumber daya manusia diperlukan secara bersamaan dengan sumber daya manusia lainnya.

2.4  Fungsi-Fungsi Operasional Sumber Daya Manusia
      Fungsi operasional dalam manajemen SDM merupakan dasar pelaksanaan proses Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) yang efisiesn dan efektif dalam pencapaian tujuan organisasi/perusahaan. Fungsi operasional tersebut yaitu :
1.     Pengadaan Tenaga Kerja atau Pengadaan Sumber Daya Manusia (recruitment)
Yaitu proses penarikan seleksi, penempatan,orientasi, dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai kebutuhan perusahaan (the right man in the right place)
2.     Pengembangan (development)
Yaitu proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan latihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa depan.
3.     Fungsi Kompensasi (compensation)
Yaitu pemberian balasa jasa langsung dan tidak langsung berbentuk uang atau barang kepada karyawan sebagai imbal jasa (output) yang diberikannya kepada perusahaan. Prinsip kompensasi adalah adil dan layak sesuai prestasi dan dan tanggungjawab karyawan tersebut.

4.     Fungsi Pengintegrasian (integration)

yaitu kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, sehingga tercipta kerjasama yang serasi dan saling menguntungkan. Dimana pengintegrasian adalah hal yang penting dan sulit dalam Manajemen SDM, karena mempersatukan dua aspirasi/kepentingan yang bertolak belakang antara karyawan dan perusahaan.
5.     Fungsi Pemeliharaan (maintenance)
yaitu kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan agar tercipta hubungan jangka panjang. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan program K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) .

6.     Pemisahan atau Pensiun atau Pemutusan Hubungan Tenaga Kerja (separation)

Fungsi ini berkaitan dengan mereka yang telah lama berkontribusi dalam perusahaan, dan tujuan utamanya adalah untuk menjamin pensiun pegawai.

Perusahaan berusaha menjamin agar pegawai pensiun dengan aman, dengan cara memberikan dana bagi mereka yang akan pensiun. Dana ini bersumber dari potongan gaji pegawai terkait selama masa aktifnya bagi perusahaan.

Setiap perjalanan pekerjaan pasti seorang karyawan tidak mungkin akan selalu bekerja pada organisasi tertentu. Ketika seorang karyawan memutuskan hubungan kerja dengan cara pensiun maka tenaga kerja tersebut akan kembali ke masyarakat. Maka perusahaan harus memastikan bahwa seorang karyawan dikembalikan dalam keadaan yang sebaik mungkin.

 

Manajemen SDM mempunyai kewajiban untuk memahami perubahan yang semakin komplek yang selalu terjadi di lingkungan bisnis.Ia juga harus mengantisipasi perubahan teknologi, dan memahami dimensi internasional yang mulai memasuki bisnis, akibat informasi yang berkembang cepat.


2.5  Variabel Variable Lain Yang Mempengaruhi Keberhasilan Organisasi
Dari uraian di atas dapat diketahui selain keadilan dalam mengelola SDM keberhasilan organisasi juga di pengaruhi oleh karakteristik organisasi, karakteristik pekerjaan, karakteristik individu, sikap dan perilaku karyawan, secara langsung maupun tidak langsung.
1.     Karakteristik individu
Karakter individu terdiri atas jenis kelamin, tingkat pendidikan, umur, masa kerja, status perkawinan,, jumlah tanggungan, dan posisi, peneliti peneliti dalam bidang manajemen SDM  dan perilaku organisasi banyak melakukan penelitian tentang hubungan  karakteristik individu dengan sikap dan perilaku karyawan (panggabean,2001;2002)
2.     Karekteristik organisasi
Karakteristik organisasi meliputi kompleksitas , formalisasi ,dan sentralisasi kompleksitas mencerminkan jumlah unit yang ada dalam organisasi formalisasi merujuk kepada banyaknya pelaksanaan tugas yang bersandarkan kepada peraturan , sedangkan sentralisasi  di definisikan sebagai  siapa yang dapat mengambil keputusan (pemimpin atau pelaksana) sentralisasi ada jika keputusan di tangan pemimpin, sebaliknya akan di katakana ada desentralisasi jika jawaban tentang apa, bagaimana, kapan, dan dengan siapa pekerjaan akan dilaksanakan diputuskan oleh pelaksana semakin banyak pertanyaan itu dapat di jawab sendiri oleh pelaksana maka semakin dapat dikatakan ada desentralisasi, bagaiman pengaruh karakteristik organisasi terhadap sikap dan perilaku karyawan banyak di lakukan oleh para peneliti di bidang teori organisasi dan perilaku organisasi (Melcher 1976).
3.     Karakteristik pekerjaan
Karakteristik pekerjaan terdiri atas keanekaragaman tugas, identitas tugas, keberartian tugas,otonomi dan umpan balik  berbagai penelitian dalam bidang manajemen SDM dan perilaku organisasi banyak meneliti  hubungan antara karakteristik tugas dan perilaku berikut di bahas pengertian dari masing masing konsep.
a.      Keanekaragaman tugas
Merujuk kepada adanya kemungkinan bagi karyawan untuk melaksanakan kegiatan , prosedur, dan bahkan peralatan yang berbeda pekerjaan yang beraneka ragam biasanya di pandang sebagai pekerjaan yang menantang  karena mereka menggunakan keterampilan yang mereka milik.
b.     Identitas tugas
Memungkinkan karyawan mengerjakan sebuah pekerjaan secara menyeluruh sanagt terspesialisasi cenderung menciptakan tugas yang rutin  dan mengakibatkan seseorang hanya mengerjakan satu bagian saja dari keseluruhan pekerjaan , hal ini menimbulkan adanya perasaan tidak melakukan apa apa oleh karena itu  dengan memperluas tugas tugas yang dapat meningkatkan perasaan mangerjakan seluruh pekerjaan berarti meningkatkan identitas tugas.
c.      Keberartian tugas
Merujuk kepada besarnya pengaruh dari pekerjaan yang di lakukan seseorang terhadap pekerjaan orang lain. Sangat penting bagi seseorang untuk mempunyai perasaan melakukan pekerjaan yang sangat berarti bagi perusahaan maupun masyarakat untuk itu adalah penting apabila pemimpin memberitahukan di depan orang lain bahwa pekerjaannya sangat berarti bagi perusahaan.
d.     Otonomi
Merujuk kepada adanya ide bahwa karyawan  dapat mengendalikan sendiri tugas tugasnya hal ini penting untuk menimbulkan rasa tanggung jawab .cara yang umum di pakai adalah melalui manajemen berdasarkan sasaran.karena dengan cara ini karyawan memiliki kesempatan untuk menentukan sendiri tujuan pribadi dan tujaun kerjanya.
e.      Umpan balik
Merujuk kepada informasi yang diterima oleh pekerja tentang seberapa baiknya ia melaksanakan tugasnya . penelitian tentang hubungan karakteristik pekerjaan dengan sikap dan perilaku organisasi banyak dilakukan oleh peneliti di bidang MSDM dan perilaku organisasi.

2.6  Sikap Kerja
2.6.1       Pengertian Sikap Kerja
Sikap merupakan fondasi terpenting yang menentukan tingkat keberhasilan seseorang (Sudaryono, 2014 : 214). Sedangkan pengertian sikap dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan perbuatan, perilaku, atau gerak-gerik yang berdasarkan pada pendirian keyakinan dari pandangan hidup seseorang.
            Sikap adalah evaluasi, perasaan dan kecenderungan seseorang yang relatif konsisten terhadap suatu objek atau gagasan, dengan kata lain bahwa sikap adalah suatu perasaan yang timbul pada diri seseorang terhadap suatu objek, baik sebelum dan sesudah orang melihat, merasakan, dan menikmati objek tersebut menurut Husein Umar dalam Penelitian Sumber Daya Manusia (Sunyoto, 2015 : 42). Sedangkan menurut Sudaryono (2014 : 214) attitude merupakan fondasi terpenting yang menentukan tingkat keberhasilan seseorang.
            Sedangkan sikap juga dapat merupakan suatu perasaan yang tidak disertai oleh kecenderungan untuk berbuat atau bertindak sesuatu yang sesuai dengan sikapnya. Selanjutnya sikap diarahkan sebagai ketersediaan seseorang untuk bereaksi terhadap suatu objek yang dapat merupakan benda, orang, peristiwa, lembaga, nilai – nilai, dan sebagainya (Sunyoto, 2015 : 43).
            Pengertian sikap ini hampir sama dengan pengertian kesan, yaitu suatu perasaan yang timbul pada diri seseorang, sesudah orang melihat, merasakan dan menikmati objek tersebut. Kesan terhadap sesuatu dapat terbentuk berdasarkan : pengamatan terhadap tindak – tanduk atau tingkah laku, pengamatan terhadap suara, pengamatan terhadap gerakan ekspresif yang ditampilkan (Sunyoto, 2015 : 42).

            Menurut William James dalam Sudaryono (2014 : 214) penemuan terbesar dalam generasi saya adalah kesimpulan bahwa manusia dapat mengubah hidupnya dengan cara mengubah pikirannya. Dengan sikap yang positif, anda akan lebih mudah mencapai keberhasilan.
            Kesan terhadap suatu benda cenderung untuk bertahan mempengaruhi persepsi selanjutnya. Gejala ini disebabkan oleh kenyataan bahwa informasi atau kognisi cenderung untuk dipersepsikan sedemikian rupa sehingga tetap cocok dengan kognisi sebelumnya. Artinya jika kesan yang kita peroleh bersifat positif, selanjutnya kita cenderung untuk berasumsi bahwa kita mempunyai ciri – ciri positif (Sunyoto, 2015 : 42).

Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap kerja adalah bentuk ungkapan perasaan seseorang terhadap sebuah pekerjaan, baik ungkapan bersifat positif maupun bersifat negatif. Ungkapan tersebut di dalam bidang studi perilaku organisasi sering disebut dengan sikap karyawan terhadap sebuah pekerjaan. Dalam kehidupan berorganisasi, sikap karyawan tidak hanya ditujukan kepada pekerjaan tetapi juga pada obyek-obyek yang lain seperti upah yang diterima, teman kerja, atasan langsung, pimpinan perusahaan dan bahkan terhadap organisasi secara keseluruhan.

2.6.2       Ciri – ciri Sikap
Sikap kita sangat menentukan bagaimana cara pandang kita terhadap suatu persoalan. Bagi orang – orang positif, suatu masalah dapat menjadi titian tangga menuju keberhasilan. Orang – orang positif selalu menjadikan setiap masalah sebagai pelajaran berharga yang akan semakin mendekatkan mereka dengan kesuksesan. Semenrara itu, bagi orang – orang negatif, suatu masalah bisa menjadi tembok penghalang dan batu sandungan (Sudaryono, 2014 : 217).
Sedangkan itu, ciri – ciri sikap Menurut WA. Gerungan dalam Penelitian Sumber Daya Manusia (Sunyoto, 2015 : 43) sikap mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :
a.      Sikap bukan merupakan bawaan manusia sejak lahir, melainkan dibentuk atau diperoleh sepanjang pekerkembangan orang itu dalam hubungannya dengan objek tertentu
b.      Sikap dapat berubah – ubah dan dapat dipelajari, oleh karena itu sikap dapat berubah pada orang bila terdapat keadaan atau syarat tertentu yang dapat mempermudah sikapnya pada orang itu sendiri
c.      Sikap itu tidak berdiri sendiri melainkan senantiasa mengandung hubungan pada objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas 
d.      Sikap mempunyai segi motivasi dan segi perasaan dalam membedakan sikap daripada kecakapan dan pengetahuan yang dimiliki seseorang.

2.6.3       Karakteristik Sikap
Menurut Gitosudarmono & Sudita dalam Penelitian Sumber Daya Manusia (Sunyoto, 2015 : 43) ada empat karakteristik sikap yakni :
a.      Sikap memiliki arah, derajat dan itensitas.
Artinya sikap seseorang terhadap suatu objek akan menunjukan suatu arah tertentu dari suatu objek. Arah seseorang terhadap suatu objek dapat mendekat dan menjauh. Sikap seseorang itu mempunyai derajat tertentu yaitu sampai berapa tingkat orang merasa senang atau tidak senang terhadap suatu objek, sedangkan intensitas sikap seseorang ditunjukan oleh tingkat pendiriannya.
b.      Sikap memiliki struktur
Sikap merupakan kerangkan organisasi dari beberapa sikap yang ada pada seseorang, di dalamnya terdapat sejumlah sikap yang tergabung membentuk rangkaian yang kompleks.
c.      Sikap selalu memiliki objek
Artinya selalu mempunyai sesuatu hal yang dianggap penting. Objek sikap dapat berupa konsep abstrak seperti konsumerisme atau berupa sesuatu yang nyata
d.      Sikap merupakan proses yang dipelajari
Artinya sikap dibentuk dari pengalaman individu terhadap realitas, dimana pengalaman tersebut dapat bersifat langsung maupun tidak langsug.

2.6.4       Sumber – sumber dari Pekermbangan Sikap
Menurut WA. Gerungan dalam Penelitian Sumber Daya Manusia (Sunyoto, 2015 : 44) perkembangan sikap seseorang dapat melalui cara sebagai berikut :
a.      Asosiasi Grup
Sikap sangat diperngaruhi oleh kelompok dalam lingkungan juga anggota lain, misalnya sikap terhadap produksi, etika, dan kelompok orang dari subjek lain sangat dipengaruhi oleh kelompok. Misalnya keluarga, pekerjaan, dan kelompok sosial sangat mempengaruhi perkembangan sikap seseorang.
b.      Pengalaman Pribadi
Manusia berhubungan dengan objek – objek dalam lingkungan mereka sendiri sehari – harinya. Ada beberapa yang familiar, sedangkan yang lainnya sama sekali baru dan juga diproses dalam evaluasi ini. Pengalaman pribadi sangat membantu dalam pengembangan sikap terhadap suatu objek.
c.      Kelompok lain yang berpengaruh
Sikap seseorang dapat dibentuk dan diubah melalui kontak perorangan dengan orang lain. Seseorang dapat berpengaruh dengan kuat pada sikap dan tingkah laku orang lain.

2.6.5       Pengukuran Sikap
            Penelitian tentang sikap memerlukan ukuran – ukuran tertentu. Penelitian sikap tergantung pada kepekaan dan kecermatan pengukurannya. Yang perlu diperhatikan adalah metodologi dan instrumen agar dapat dikembangan dan digunakan untuk mengukur sikap (Sunyoto, 2015 : 44). Dengan demikian, untuk memahami sikap seseorang terhadap sebuah obyek, pertama-tama, kita perlu mencermati apa yang dikatakan atau dilakukan seseorang terhadap sebuah obyek tersebut. Langkah selanjutnya, kedua, adalah menginterpretasikan maksud dari perkataan atau tindakan orang tersebut. Ketiga, adalah memahami perilaku dari orang yang bersangkutan.
            Setiap orang pasti mengalami sikap kerja yang berhubungan dengan kinerja kerja orang tersebut, biasanya orang-orang beranggapan bahwa keberhasilan pekerjaan hanya dinilai dari produktivitas, namun di sisi lain mengesampingkan tingkat kelelahan atau resiko-resiko pasca melakukan pekerjaan. Ketika karyawan menunjukan sikap yang tidak diinginkan, biasanya terjadi bukan karena mereka tidak mengerti apa yang harus dilakukan, melainkan mereka mengetahuinya namun tidak tahu bagaimana cara untuk menunjukannya, atau mengetahuinya namun tidak ingin menujukkannya.

2.6.6       Komponen Sikap Kerja
Para peneliti telah berasumsi bahwa sikap mempunyai tiga komponen, yaitu kesadaran biasa disebut dengan kognitif, perasaan atau afektif, dan perilaku. Keyakinan bahwa diskriminasi itu salah merupakan sebuah pernyataan evaluatif. Opini semacam itu adalah komponen kognitif (cognitive component) dari sikap, yang menentukan tingkatan untuk bagian yang lebih penting dari sebuah sikap.
            Perasaan adalah segmen emosional atau perasaan dari sebuah sikap dan tercermin dalam pernyataan seperti “Saya tidak menyukai John karena ia mendiskriminasi kaum minoritas”. Perasaan akan bisa menimbulkan hasil akhir perilaku. Konsumen perilaku (behavior component) dari sebuah sikap merujuk pada suatu maksud untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu. Secara lengkap akan dijelaskan sebagai berikut oleh Badeni 2013 dalam Sudaryono (2014 : 220) : 
1.      Cognitive component (komponen kognitif) yaitu pandangan, keyakinan, kepercayaan, pemahaman, atau pengetahuan seseorang mengenai orang, objek, atau peristiwa tertentu sebagai persepsinya.
Contoh : Keyakinan karyawan front office terhadap guest complaint adalah hal biasa. Keyakinan atau pemahaman ini menjadi awal dari pembentukan perasaan terhadap sesuatu apakah terhadap manusia, benda atau peristiwa. 
2.      Affective component (komponen aktif) yaitu sikap yang mengandung perasaan atau emosi seseorang, rasa senang atau tidak terhadap objek atau situasi tertentu sebagai akibat dari keyakinannya atau pemahamannya.
Contoh : Dari keyakinan karyawan front office tersebut membuat timbulnya perasaan yang santai ketika mendapatkan guest complaint. 
3.      Behavior (perilaku) merupakan tindakan nyata yang ditampilkan seseorang akibat dari perasaannya terhadap objek, orang, atau peristiwa.
Contoh : Dari keyakinan / pemahaman yang menjadi timbulnya perasaan, kemudian ditunjukkan sebagai tindakan yang nyata karyawan front office yaitu menanggapi guest complaint dengan kurang maksimal. 

Point Sikap Kerja :
a.    Affective component – mood, dan emosi terhadap seseorang, ide, situasi, atau objek.
b.   Cognitive component – opini, pengetahuan, atau informasi yang ada pada seseorang
c.    Behavioral component – kecendrungan untuk bertindak atas evaluasi kesukaan atau ketidaksukaan terhadap suatu hal.

2.6.7       Sikap Kerja
            Sikap kerja berisi evaluasi positif atau negatif yang dimiliki oleh seorang karyawan mengenai aspek – aspek lingkungan kerja mereka. Sebagian besar riset dalam perilaku organisasional berhubungan dengan tiga sikap, yaitu kepuasan kerja, keterlibatan pekerjaan dan komitmen organisasi. Kepuasan kerja adalah suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari evaluasi karakteristiknya. Seseorang yang memiliki tingkat kepuasan kerja tinggi cenderung memiliki perasaan positif terhadap pekerjaannya, sebaliknya seseorang yang tidak puas cenderung memiliki perasaan negatif terhadap pekerjaan tersebut menurut Danang Sunyoto & Burhanudin 2011 dalam Sudaryono (2014 : 220 – 221).
            Keterlibatan pekerjaan (job involement) juga berhubungan dengan sikap kerja. Keterlibatan pekerjaan mengukur sejauh mana seseorang memihak suatu pekerjaan, berpartisipasi secara aktif di dalamnya, dan menganggap penting tingkat kinerja yang dicapai sebagai bentuk penghargaan diri (Sudaryono, 2014 : 221). Seseorang yang memiliki tingkat keterlibatan pekerjaan yang tinggi cenderung sangat memihak dan benar – benar perhatian dengan bidang pekerjaannya. Keterlibatan pekerjaan yang tinggi juga berhubungan dengan ketidakhadiran yang lebih sedikit dan tingkat pengunduran diri yang rendah. Sikap kerja yang ketiga adalah komitmen organisasi (organizational commitment), menunjukan sejauh mana seseorang memihak sebuah organisasi serta tujuan – tujuannya dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut (Sudaryono, 2014 : 221).
            Sedangkan komitmen organisasi menurut Mathias dan Jackson dalam Sudaryono (2014 : 221) bahwa perluasan komitmen organisasi yang fokus dan logis lebih fokus pada komitmen berkelanjutan, yang menjelaskan bahwa keputusan untuk tetap tinggal bersama organisasi atau meninggalkan organisasi tercermin pada ketidakhadiran atau turnover. Individu yang tidak puas terhadap pekerjaannya atau tidak memiliki komitmen terhadap organisasi, lebih besar kemungkinan untuk meninggalkan organisasi melalui ketidakhadiran. Hal ini merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindarkan agar perusahaan sebagai sumber kehidupan semua pegawai dapat bertahan. Dengan cara ini diharapkan para karyawan dapat memahami dan yakin bahwa cara yang dilakukan adalah sesuatu yang cukup penting dan kemudian akan membentuk perasaan yang positif dan akhirnya menjadi tindakan yang diharapkan.

2.7  Perilaku Karyawan
Perilaku adalah tingkah laku yang terdiri atas tingkah laku yang tidak dapat dari luar, misalnya keinginan untuk pindah (intent to leave) dan ada yang dengan jelas dilihat dari luar, misalnya perputaran tenaga kerja dan ketidakhadiran. Dari teori dapat diketahui bahwa ketidakpuasan atau kepuasan yang rendah akan meningkatkan perputaran tenaga kerja dan ketidakhadiran. Konsep-konsep ini paling sering digunakan untuk memahami semangat kerja karyawan (Talacchi, 1960).
Berikut diuraikan cara pengukurannya :
1.     Perputaran Tenaga Kerja
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur perputaran tenaga kerja sudah pernah dbahas dalam bab sebelumnya dimana datanya dapat diperoleh dari bagian personalia, namun karena untuk memperoleh data dari masing-masing karyawan yang dijadikan responden dalam penelitian pada umumnya sukar untuk diperoleh, maka untuk itu digunakan konsep perilaku yang tidak langsung dapat dilihat yaitu keinginan untuk pindah (intent to leave).
2.     Keinginan untuk Pindah
Keinginan untuk pindah dapat diukur dengan mengembangkan pertanyaan yang dikemukakan oleh Hom and Griffeth, 1991; 1995; Motowildo, 1983, yaitu sebagai berikut :
a.      I have been thingking about quitting the present job.
b.     I have been evaluating the cost of quitting my job.
c.      I intent to quit
d.     I will quit my job uin the next six months.
3.     Ketidakhadiran
Dari urain sebelumnya dapat diketahui bahwa ketidakhadiran adalah kegagalan untuk hadir ditempat kerja pada hari kerja. Faktor-faktor penyebab perilaku ini banyak diteliti karena dapat mempengaruhi prestasi kerja.
4.     Hubungan Ketidakhadiran dengan Kepuasan Kerja
Penelitian tentang hubungan ketidakpuasan dengan ketidakhadiran adalah rumit. Pandangan tradisional mengemukakan bahwa ketidakhadiran disebabkan oleh ketidakpuasan (Porter and Steers, 1973), namun kemudian para peneliti mengemukakan bahwa ketidakhadiran yang menyebabkan ketidakpuasan kerja (Goodman and Atkin, 1984; Rhodes and Steers, 1990). Sehingga akhirnya ada pula yang mengemukakan bahwa hubungannya timbal balik (Clegg, 1983) dimana ia berpendapat bahwa dengan menggunakan beberapa pengujian yang berkelanjutan (few longitudinal test) ditemukan bahwa ketidakhadiran lebih sering mempengaruhi ketidakpuasan dan tidak sebaliknya.
5.     Hubungan Ketidakhadiran dengan Prestasi Kerja
Selain dengan kepuasan kerja, ketidakhadiran juga mempunyai hubungan yang negatif dengan prestasi kerja. Bycio (1992) mengemukakan bahwa ketidakhadiran dapat mengakibatkan rendahnya kinerja.
6.     Hubungan Ketidakhadiran dengan Gaya Kepemimpinan
John dan Nicholson (1982) mengemukakan bahwa ketidakhadiran dapat mempengaruhi gaya kepemimpinan terhadap ketidakhadiran itu. Para pemimpin akan memberikan sanksi pada karyawan yang jarang masuk dan akan mengurangi pemberian penghargaan kepada mereka.
7.     Pengaruh Karakteristik Individu dan Kerumitan Pekerjaan Terhadap Hubungan Kepuasan Kerja dengan Ketidakhadiran, Prestasi Kerja dan Gaya Kepemimpinan.
Hubungan antara kepuasan kerja dengan ketidakhadiran pada umumnya dapat dipengaruhi oleh karakteristik individu, misalnya usia dan masa kerja (Nicholson, 1977), kerumitan pekerjaan (House dan Mitchell, 1974), dan gaya kepemimpinan (Clegg, 1983). Gaya kepemimpinan yang mendukung (supportive leadership) dapat menurunkan ketidakhadiran bagi pekerjaan yang sederhana dibandingkan dengan yang rumit.
8.     Alat ukur yang Digunakan
Terlepas dari apakah sebagai penyebab atau sebagai akibat, ketidakhadiran, sebagaimana halnya dengan keinginan untuk pindah, konsep ini juga perlu diukur dengan sejumlah pertanyaan jika data ketidakhadiran dari masing-masing responden sulit untuk diperoleh.
Hammer dan Landau, 1982; Harisson dan Hulin, 1989 mengukur ketidakhadiran dengan menggunakan tiga macam data, yaitu:
a.      Waktu yang hilang (jumlah jam ketidakhadiran yang tidak dicatat)
b.     Frekuensi (jumlah waktu ketidakhadiran yang tidak tercatat)
c.      Ketidakhadiran yang tercatat (jumlah ketidakhadiran), data yang dipakai adalah data selama 12 bulan.

2.8  Semangat Kerja
2.8.1       Pengertian Semangat Kerja
            Hasley (2001) menyatakan bahwa semangat kerja atau moral kerja itu adalah sikap kesediaan perasaan yang memungkinkan seorang karyawan untuk menghasilkan kerja yang lebih banyak dan lebih tanpa menambah keletihan, yang menyebabkan karyawan dengan antusias ikut serta dalam kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha kelompok sekerjanya, dan membuat karyawan tidak mudah kena pengaruh dari luar, terutama dari orang-orang yang mendasarkan sasaran mereka itu atas tanggapan bahwa satu-satunya kepentingan pemimpin perusahaan itu terhadap dirinya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya darinya dan memberi sedikit mungkin.
            Sedangkan Siswanto (2000, p.35), mendefinisikan semangat kerja sebagai keadaan psikologis seseorang. Semangat kerja dianggap sebagai keadaan psikologis yang baik bila semangat kerja tersebut menimbulkan kesenangan yang mendorong seseorang untuk bekerja dengan giat dan konsekuen dalam mencapai tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan.
            Menurut Nitisemito (2002, p.56), definisi dari semangat kerja adalah kondisi seseorang yang menunjang dirinya untuk melakukan pekerjaan lebih cepat dan lebih baik di dalam sebuah perusahaan.

2.8.2       Aspek-aspek Semangat Kerja
            Aspek-aspek semangat kerja perlu untuk dipelajari karena aspek-aspek ini mengukur tinggi-rendahnya semangat kerja. Menurut Maier (1999, p.180), seseorang yang memiliki semangat kerja tinggi mempunyai alasan tersendiri untuk bekerja yaitu benar-benar menginginkannya. Hal ini mengakibatkan orang tersebut memiliki kegairahan kualitas bertahan dalam menghadapi kesulitan untuk melawan frustasi, dan untuk memiliki semangat berkelompok. Menurut Maier (1999, p.184), ada empat aspek yang menunjukkan seseorang mempunyai semangat kerja yang tinggi, yaitu:
1.     Kegairahan
Seseorang yang memiliki kegairahan dalam bekerja berarti juga memiliki motivasi dan dorongan bekerja. Motivasi tersebut akan terbentuk bila seseorang memiliki keinginan atau minat dalam mengerjakan pekerjaannya. Yang lebih dipentingkan oleh karyawan adalah seharusnya bekerja untuk organisasi bukan lebih mementingkan pada apa yang mereka dapat. Seseorang akan dikatakan memiliki semangat kerja buruk apabila lebih mementingkan
gaji daripada bekerja. Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa seseorang dengan gaji yang tinggi masih juga berkeinginan untuk pindah bekerja di tempat lain. Seseorang yang benar-benar ingin bekerja, akan bekerja dengan baik meskipun tanpa pengawasan dari atasannya dan juga mereka akan bekerja bukan karena perasaan takut tetapi lebih pada dorongan dari dalam dirinya untuk kerja yang tinggi akan menganggap bekerja sebagai sesuatu hal yang menyenangkan bukan hal yang menyengsarakan.
2.     Kekuatan untuk melawan frustasi
Aspek ini menunjukkan adanya kekuatan seseorang untuk selalu konstruktif walaupun sedang mengalami kegagalan yang ditemuinya dalam bekerja. Seseorang yang memiliki semangat kerja yang tinggi tentunya tidak akan memilih sikap yang pesimis apabila menemui kesulitan dalam pekerjaannya. Adanya semangat kerja yang tinggi ditimbulkan karena adanya kesempatan yang diberikan oleh perusahaan untuk mendapatkan ijin ketika menderita sakit.
3.     Kualitas untuk bertahan
Aspek ini tidak langsung menyatakan seseorang yang mempunyai semangat kerja yang tinggi maka tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesukaran-kesukaran di dalam pekerjaannya. Ini berarti adanya ketekunan dan keyakinan penuh dalam dirinya. Gaji ataupun insentif yang tinggi yang diberikan oleh perusahaan mampu meningkatkan semangat kerja karyawan, dan berpikir panjang jika ingin keluar dari perusahaan. Tunjangan serta fasilitas yang diberikan oleh perusahaan mampu merangsang semangat kerja karyawan untuk bekerja dengan sungguh-sungguh. Keyakinan ini menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai energi dan kepercayaan untuk memandang masa yang akan datang dengan baik, hal inilah yang meningkatkan kualitas untuk bertahan. Ketekunan mencerminkan seseorang memiliki kesungguhan dalam bekerja. Sehingga tidak menganggap bahwa bekerja bukan hanya menghabiskan waktu saja, melainkan sesuatu yang penting.
4.     Semangat kelompok
Semangat kelompok menggambarkan hubungan antar karyawan. Dengan adanya semangat kerja maka karyawan akan saling bekerja sama, tolong-menolong, dan tidak saling bersaing untuk menjatuhkan. Semangat kerja menunjukkan adanya kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain agar orang lain dapat mencapai tujuan bersama. Lingkungan kerja yang baik, menciptakan suasana kerja yang baik pula, kebersamaan diantara karyawan dengan membagi pekerjaan secara adil mampu meningkatkan semangat kerja bagi karyawan itu sendiri.





BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
            Sumber Daya Manusia merupakan sektor sentral dan penting dalam rangka pencapaian tujuan di suatu perusahaan, karena dengan adanya kemampuan skill para pekerja dan kualitas sumber daya manusia dapat menggerakan perusahaan dengan baik dan benar. Pada hakikatnya, SDM berupa manusia yang dipekerjakan di sebuah organisasi sebagai pelopor, pemikir dan perencana untuk mencapai tujuan organisasi itu. Pengertian SDM dapat dibagi menjadi dua, yakni :
-        SDM secara mikro merupakan individu yang beroperasi dan menjadi bagian suatu industri atau institusi dan umum dikenal sebagai karyawan, pegawai, tenaga kerja, pekerja, buruh dan lain sejenisnya.
-        SDM secara makro merupakan masyarakat suatu negara yang telah memasuki usia angkatan kerja, baik yang belum bekerja ataupun yang telah bekerja.
           
            Manajemen Sumber Daya Manusia adalah usaha perencanaan, koordinasi, serta pengaturan sumber daya yang ada demi mencapai tujuan secara efektif dan efisien menggunakan sumber daya organisasi yang memiliki fungsi sebagai berikut :
1.     Fungsi Manajemen
a.      perencanaan (planning)
b.     pengorganisasian (organizing)
c.      pengarahan (actuating)
d.     pengawasan (controlling).
2.     Fungsi operasional
a.      Pengadaan Tenaga Kerja atau Pengadaan Sumber Daya Manusia (recruitment)
b.     Pengembangan (development)
c.      Fungsi Kompensasi (compensation)
d.     Fungsi Pengintegrasian (integration)







DAFTAR PUSTAKA





Komentar

Postingan Populer