Desain Pekerjaan dan Analisis Pekerjaan
DESAIN PEKERJAAN DAN ANALISIS PEKERJAAN
NAMA : PRIMAJATTI PRATIWI
NPM :
25216797
KELAS : 4EB10
MATA
KULIAH : MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
BAB I
PENDAHULUAN
Manajemen sumber daya manusia adalah suatu
proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup tenaga kerja baik
karyawan, pegawai, manajer dan lainnya untuk dapat menunjang aktivitas
perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan. Bagian atau unit yang
biasanya mengurusi SDM adalah departemen sumber daya manusia atau dalam bahasa
inggris disebut HRD atau human resource department bahkan ada yang menyebutnya
HCD atau Human Capital Division.
Menurut A.F. Stoner manajemen sumber daya
manusia adalah suatu prosedur yang berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok
suatu organisasi atau perusahaan dengan orang-orang yang tepat untuk
ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat organisasi
memerlukannya.
Manajemen sumber daya manusia juga menyangkut
desain sistem perencanaan, penyusunan karyawan, pengembangan karyawan,
pengelolaan karier, evaluasi kinerja, kompensasi karyawan dan hubungan
ketenagakerjaan yang baik. Manajemen sumber daya manusia melibatkan semua
keputusan dan praktik manajemen yang memengaruhi secara langsung sumber daya
manusianya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Elemen-Elemen Disain Pekerjaan
Terdapat elemen-elemen
desain pekerjan. Desain pekerjaan sangat erat hubungannya dengan penyusunan
personalia. Penyusunan personalia suatu organisasi harus disesuaikan dengan
desain pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh perusahaan. Tanpa desain pekerjaan
maka penyusunan personalia tidak akan terlaksana. Handoko (2001) menyatakan
penyusunan personalia adalah fungsi manajemen yang berkenaan dengan penarikan,
penempatan, pemberian latihan dan pengembangan anggota- anggota organisasi.
Oleh sebab itu tanpa adanya desain pekerjaan maka tidak akan mungkin diadakan
penarikan tenaga kerja serta penempatannya.
Desain perkerjaan haruslah dirancang dengan sebaik mungkin
dengan mempertimbangkan elemen-elemen yang mempengaruhi desain pekerjaan.
Menurut Handoko (2001) elemen-elemen desain pekerjaan adalah:
1.
Elemen-elemen organisasional
Elemen-elemen
organisasional merupakan elemen yang harus diperhatikan suatu organisasi dalam
pembentukan atau desain perkerjaan. Elemen-elemen organisasional pada desain
pekerjaan bersangkutan efisiensi. Efisiensi merupakan suatu pencapaian tujuan
sesuai dengan pendanaan-pendanaan yang ditetapkan oleh perusahaan.
Pekerjaan-pekerjaan yang dirancang secara efisien mendorong pegawai yang mampu
dan termotivasi untuk mencapai keluaran yang maksimal. Perhatian akan efisiensi
ini telah dimulai sejak munculnya manajemen ilmiah. Para ahli mencurahkan riset
mereka untuk menemukan cara-cara terbaik untuk merancang pekerjaan yang efisien.
Studi gerak dan waktu
membeberkan sesuatu disiplin baru, yaitu teknik industri. Berbagai upaya
tersebut menunjukkan bahwa spesialisasi adalah elemen kunci dalam desain
pekerjaan. Bila para karyawan bekerja berulang-ulang sampai batas tertentu,
tingkat keluarannya bisanya lebih tinggi. Penemuan-penemuan para peneliti ini
dapat diterapkan dalam era komputerisasi sekarang.
Berikut
ini adalah elemen-elemen organisasi dalam desain pekerjaan menurut Handoko
(2001):
a.
Pendekatan mekanistik
Pendekatan mekanistik berusaha untuk mengindentifikasikan setiap
tugas dalam suatu pekerjaan agar tugas-tugas dapat diatur untuk menimbulkan
waktu dan tenaga para pegawai. Setelah identifikasi tugas selesai, sejumlah
tugas dikelompokkan menjadi satu perkejaan. Hasilnya adalah spesialisasi.
Pendekatan ini mendekatkan efisiensi waktu, tenaga, biaya tenaga kerja, latihan
dan pengembangan. Teknik ini masih secara luas digunakan dalam operasi-operasi
perakitan, dan terutama efektif bila para pegawai kurang berpendidikan atau
kurang mempunyai pengalaman.
b.
Aliran kerja
Aliran kerja dalam
suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh sifat produk atau jasa. Produk atau
jasa biasanya menentukan urutan dan keseimbangan pekerjaan-pekerjaan sehingga dibutuhkan
aliran kerja dari suatu kegiatan.
c.
Praktek-praktek kerja
Praktek-praktek kerja merupakan cara-cara bagaimana pelaksanaan
kerja yang ditetapkan. Metode praktek kerja ini bisanya terbentuk dari tradisi
atau kesempatan kolektif para pegawai atau bagian kontrak (perjanjian) kerja
dari serikat buruh. Hal ini mengurangi flerksibilitas departemen personalia
dalam merancang pekerjaan-perkerjaan.
2.
Elemen-elemen lingkungan
Elemen-elemen lingkungan merupakan aspek kedua dalam desain
perkerjaan. Para perancang pekerjaan tidak dapat mengabaikan pengaruh
lingkungan eksternal. Elemen-elemen lingkungan pokok dalam desain pekerjaan
adalah kemampuan dan tersedianya para pegawai potensial serta
pengharapan-pengharapan sosial.
Pertimbangan efisiensi harus diselaraskan dengan kemampuan dan
tersedianya pegawai yang akan melaksanakan pekerjaan. Misalnya banyak lowongan
kerja yang kadang-kadang sulit untuk diisi karena tidak tersedianya calon
pegawai yang mempunyai kemepuan tertentu.
Selain itu desain pekerjaan juga dipengaruhi oleh
pengharapan masyarakat. Misalnya masyarakat di lokasi perusahaan, meskipun
tidak mempunyai keterampilan, namun kenyataannya sering menuntut lapangan
kerja. Disamping itu masyarakat yang mempunyai keterampilan mempunyai pengharapan
yang lebih tinggi dalam hal kualitas kehidupan kerja. Meskipun aliran dan
praktek-praktek kerja mungkin menyarankan suatu desain perkerjaan tertentu,
namun pekerjaan harus memenuhi harapan-harapan para pegawai dan masyarakat.
3.
Elemen-elemen keperilakuan
Menurut Handoko (2001) elemen-elemen keperilakuan perlu
mempertimbangkan beberapa aspek dalam desain pekerjaan, yaitu:
a. Otonomi
Otonomi mempunyai
pengertian bahwa dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawab atas
pekerjaan. Seorang pegawai diberikan wewenang untuk mengambil keputusan yang
dibutuhkan dalam bidang tugasnya. Dengan diberikannya wewenang pengambilan
keputusan maka berarti akan bertambahnya tanggung jawab, sehingga akan
cenderung meningkatkan perasaan dipercaya dan dihargai. Kurangnya otonomi akan
menyebabkan pegawai menjadi apatis atau menurun prestasi kerjanya. Hal ini akan
mengakibatkan turunnya kepuasan kerja pegawai dalam melaksanakan tugasnya.
b. Variasi
Variasi pekerjaan
sangat dibutuhkan oleh pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Dengan variasi
pekerjaan yang baik maka tingkat kebosanan dalam melaksanakan tugas akan dapat
ditekan. Apabila seseorang pegawai telah merasa bosan maka timbul rasa lelah.
Kelelahan yang berlanjut akan mengakibatkan kesalahan-kesalahan dalam
melaksanakan tugas. Dengan adanya kesalahan-kesalahan ini maka seorang pegawai
akan ditegur oleh atasannya. Dengan tguran ini maka soerang pegawai dapat
merasa tidak senang dan tidak puas dalam melaksanakan tugasnya.
c. Indentitas tugas
Identitas pekerjaan
merupakan ciri-ciri, jenjang atau tingkatan dan klasifikasi dari suatu
pekerjaan. Bila pekerjaan tidak mempunyai identitas yang jelas, maka para
pegawai akan kurang merasa bertanggung jawab atas pekerjaannya. Hal ini berarti
bahwa kontribusi (sumbangan-sumbangan atau hasil pekerjaan) para pegawai tidak
tampak dengan jelas, sehingga kepuasan kerja dapat menurun.
d. Umpan balik
Bila
pekerjaan-perkerjaan yang dilaksanakan pegawai memberikan umpan balik tentang
seberapa baik pelaksanaan pekerjaan mereka, maka para pegawai akan mempunyai
pedoman dan motivasi untuk melaksanakan perkerjaan dengan lebih baik. Hasil
atau nilai prestasi kerja pegawai dalam melaksanakan tugasnya haruslah
diberitahukan sehingga dapat memperbaikinya atau dapat meningkatkannya.
Sehingga kepuasan kerja dari pegawai dapat ditingkatkan.
2.2 Trade-Off Keperilakuan dan Efisiensi
Pengertian
efesiansi yaitu perbandingan antara keluaran dengan pemasukan,
unsur unsur efesiensiakan membentuk spesialisasi yang tinggi, mengurangi
perbedaan atau variasi, meminimumkan otonomi dan unsur-unsur kontradiktif lainnya.
2.2.1
Produktivitas Vs Spesialisasi
Tambahan
spesialisasi akan menaikan output sampai pada titik tertentu,
apabila ada kenaikan spesialisasi
maka output mengalami penurunan, karena adanya kebosanan atas pelaksanaan
tugasyang terus menerus. output dapat di
tingkatkan dengan mengarungi spesialisasi pekerjaan
2.2.2
Kepuasan Kerja Vs Spesialisasi
Kepuasan
kerja akan meningkat sejalan dengan kenaikan spesialisasi dan tambahan-tambahan
spesialisasi mengakibatkan kepuasan kerja akan menurun pekerjaan tanpa spesialisasi
membuat karyawan membutuhkan waktu lama untuk mempelajari pekerjaan tersebut
sampai mampu melakukannya, kepuasan kerja akan menurun karena kurangnya
otonomi, variasi, dan identitas tugas.
2.2.3
Proses Belajar Vs Spesialisasi
Pekerjaan yang
sangat terspesialisai lebih mudah di pelajari dibandingkan dengan pekerjaanyang
tidak terspesialisasi . proses belajar pada pekerjaan yang terspesialisasi
lebih cepat mencapaistandar.pekerjaan yang tidak terspesoialisasi memerlukan
waktu lama untuk di pelajari . perputarankaryawan versus spesialisasi
pekerjaan dapat dengan mudah dan cepat di pelajari
tapi biasanyakepuasan yang di peroleh lebih rendah , kepuasan yang rendah
ini akan menyebabkan tingkat perputaran tenaga kerja tinggi (turn over
manpower).
2.2.4
Perputaran Karyawan VS Spesialisasi
Walaupun pekerjaan yang terspesialisasi mudah dipelajari, peringkat terbawah kepuasan biasanya
diasosiasikan oleh mereka dapat dipimpin sampai tingkat turnover tertinggi.
2.3 Pengertian Analisis Pekerjaan
Yang dimaksud dengan analisis pekerjaan
adalah proses pengumpulan informasi mengenai suatu pekerjaan yang dilakukan
oleh seorang pekerja yang dilaksanakan dengan cara mengamati atau mengadakan
interview terhadap pekerja dengan bukti-bukti yang benar dari supervisor.
Analisis
pekerjaan ini akan menghasilkan suatu daftar uraian pekerjaan pernyataan
tertulis mengenai kewajiban-kewajiban pekerja dan bisa juga mencakup standar
kualifkasi, yang merinci pendidikan dan pengalaman minimal yang diperlukan bagi
seorang pekerja untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban dari kedudukannya secara
memuaskan.
2.4 Arti
Pentingnya Analisis Jabatan
Analisis pekerjaan adalah studi
sistematis mengenai tugas, kewajiban, dan tanggung jawab dari suatu pekerjaan, serta
pengetahuan, kemampuan, dan keahlian yang dibutuhkan untuk mengerjakan
pekerjaan tersebut. Analisis pekerjaan adalah titik awal untuk hampir semua
fungsi personalia dan analisis ini sangat penting untuk mengembangkan cara
penilaian personalia (Wheaton & Whetzel, 1997).
Analisis pekerjaan dilakukan oleh
individu yang sungguh memahami orang-orang, pekerjaan dan keseluruhan sistem
organisasi. Dalam realitanya analisis pekerjaan dilaksanakan oleh pakar job
analysis, Job Analyser dari luar, supervisor, dan manager. Orang yang
menganalisis pekerjaan harus terlatih dalam metode penelitian dasar selain itu
juga harus ahli dalam teknik pengukuran objektif agar dapat menghasilkan
analisis yang akurat.
Dalam proses analisis pekerjaan terdapat tiga tahapan penting yaitu :
Dalam proses analisis pekerjaan terdapat tiga tahapan penting yaitu :
1.
mengumpulkan
informasi.
2.
menganalisis dan mengelola informasi
jabatan, dan
3.
menyusun informasi
jabatan dalam suatu format yang baku.
Analisis
pekerjaan yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan uraian jabatan yang baik
pula, dan kemudian dapat dijadikan bahan baku yang baik untuk proses
pengelolaan SDM yang lain (evaluasi jabatan, rekrutmen dan seleksi, manajemen
kinerja, penyusunan kompetensi, pelatihan).
Analisis
pekerjaan adalah suatu proses, sedangkan produknya adalah deskripsi jabatan, spesifikasi
jabatan, dan evaluasi jabatan. Analisis pekerjaan pada intinya terdiri
dari rangkaian sejumlah informasi yang digali melalui pertanyaan-pertanyaan
tertentu. Pertanyaan dalam analisis pekerjaan itu dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1.
What : menanyakan tentang apa yang dikerjakan pada jabatan
tersebut atau tugas-tugas apa sajakah yang terdapat pada jabatan tersebut.
2.
How : terkait dengan informasi tentang bagaimana mengerjakan
pekerjaan atau tugas-tugas dalam jabatan tersebut atau terkait dengan cara/
prosedur pelaksanaan tugas.
3.
Why : menyangkut penggalian informasi tentang mengapa
tugas-tugas dalam jabatan tersebut dilakukan atau untuk tujuan apa tugas-tugas
tersebut dikerjakan.
4.
Skill involved : kecakapan/ kepandaian/ ketrampilan apakah
yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan/ tugas-tugas tersebut.
Begitu pentingnya
analisis jabatan ini sehingga mengharuskan organisasi untuk tetap melakukan
uraian terhadap jabatan dalam organisasi dapat berjalan dengan
lancar. Terdapat enam alasan penting mengapa analisa jabatan sangat
diperlukan dalam sebuah organisasi :
1. Organisasi baru
dibentuk. Uraian jabatan pada hakikatnya sama pentingnya dengan alasan
mengapa organisasi itu dibentuk. Setiap organisasi yang baru muncul atau
dibentuk tentu akan memiliki jenis pekerjaan yang berbeda dengan organisasi
lain yang telah terbentuk. Karena organisasi itu baru dibentuk, maka
penting sekali untuk menjelaskan atau menguraikan pekerjaan-pekerjaan apa saja
yang akan dilakukannya
2. Pembentukan suatu
pekerjaan baru. Alasan ini mengadu pada munculnya jenis pekerjaan yang
baru dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan pekerjaan sebelumnya. Bila
organisasi yang baru dibentuk tidak memunculkan jenis pekerjaan yang baru, maka
uraian jabatan tidak perlu dilakukan.
3. Karyawan tidak paham
terhadap pekerjaannya. Ada sebagian karyawan, terutama yang baru diterima
tidak memahami apa yang akan dikerjakannya nanti. Walaupun dalam iklan lowongan
pekerjaan mereka sudah tergambarkan jenis pekerjaan apa yang
dibutuhkan. Uraian pekerjaan sangat penting untuk menyamakan pandangan
terhadap jenis pekerjaaan yang akan dilakukan.
4. Tumpang tindih dan
konflik. Antara karyawan yang satu dengan yang lainnya seringkali
melakukan pekerjaan yang sama meskipun mereka berada dalam bidang berbeda.
Kondisi ini dapat mengakibatkan salah paham atau konflik terutama dalam hal
pertanggungjawaban atas pekerjaan. Hal ini tentu disebakan oleh belum jelasnya
pekerjaan masing-masing karyawan.
5. Arus kerja tidak
lancar. Dalam arus kerja, pekerjaan yang satu tentu berhubungan dengan
pekerjaan yang lainnya. Apabila satu pekerjaan belum memahami keana pekerjaan
itu diteruskan maka kondisi itu dapat mengakibatkan terhentinya proses pada
pekerjaan yang lain.
6. Sistem penggajian tidak
konsisten. Uraian jabatan akan memberikan batasan-batasan terhadap
pekerjaaan yang akan dilakukan. Semakin banyak jenis pekerjaan yang dilakukan
tentu akan semakin besar kompensasi (gaji) yang diperoleh. Ketidakjelasan
terhadap jenis pekerjaan yang dilakukann akan menyebabkan tidak adanya
konsistensi dalam hal pemberian imbalan gaji.
2.5 Tujuan Analisis Pekerjaan
Analisis pekerjaan dipakai untuk berbagai
tujuan, baik sektor publik maupun sektor swasta. Terdapat 12 macam tujuan
diadakannya analisis pekerjaan, diantaranya adalah
1.
Job description, yang berisi informasi
pengeidentifikasian pekerjaan, riwayat pekerjaan, kewajiban-kewajiban
pekerjaan, dan pertanggungjawaban, spesifikasi pekerjaan atau informasi
mengenai standar- standar pekerjaan.
2.
Job classification,
penyusunan
pekerjaan-pekerjaan ke dalam klas-klas, kelompok-kelompok, atau jenis-jenis
berdasarkan rencana sistematika tertentu. Rencana sistematika tradisional
biasanya didasarkan pada garis kewenangan organisasi, isi tugas/pekerjaan yang
didasrkan pada teknologi, dan tugas/pekerjaan ini pada gilirannya didasarkan
pada perilaku manusia
3.
Job evaluation,
suatu prosedur
pengklasifikasian pekerjaan berdasarkan kegunaan masing-masing di dalam
organisasi dan dalam pasar tenaga kerja luar yang terkait.
4.
Job design restructuring,
meliputi usaha-usaha
untuk mengalokasi dan merestrukturalisasikan kegiatan-kegiatan pekerjaan ke
dalam berbagai kelompok.
5.
Personnel requirement/specifications,
berupa penyusunan
persyaratan-persyaratan atau spesifikasi-spesifikasi tertentu bagi suatu
pekerjaan, seperti pengetahuan(knowledge), ketrampilan(skills),
ketangkasan(aptitudes), sifat-sifat dan ciri-ciri(attributes and traits) yang
diperlukan bagi keberhasilan pelaksanaan suatu pekerjaan.
6.
Performance appraisal,
tujuan penting daripada
penilaian performansi ini adalah dengan maksud untuk mempengaruhi dari para
pekerja melalui keputusan-keputusan administrasi, seperti promosi,
pemberhentian sementara (lay off), pemindahan(transfer), kenaikan gaji, memberi
informasi kepada para pekerja tentang kemampuan-kemampuan dan kekurangan-kekurangan
yang berkaitan dengan pekerjaannya masing-masing.
7.
Worker training,
untuk tujuan-tujuan
pelatihan.
8.
Worker mobility,
untuk tujuan mobilitas
pekerja(karir), yaitu dinamika masuk-keluarnya seseorang dalam posisi-posisi,
pekerjaan-pekerjaan, dan okupasi-okupasi tertentu.
9.
Efficiency,
ini mencakup
penggabungan proses kerja yang optimal dan rancangan keamanan dari peralatan
dan fasilitas fisik lainnya dengan referensi tertentu pada kegiatan-kegiatan
kerja, termasuk prosedu-prosedur kerja, susunan kerja dan standar-standar
kerja.
10. Safety,
sama dengan efisiensi,
tapi perhatiannya lebih diarahkan pada identifikasi dan peniadaan
perilaku-perilaku kerja yang tidak aman, kondisi-kondisi lingkungan.
11. Human resource planning,
ini meliputi
kegiatan-kegiatan antisipatif dan reaktif melalui suatu organisasi untuk
memastikan organisasi tersebut memiliki dan akan terus memiliki jumlah dan
macam orang pada tempat yang tepat, waktu yang tepat, dll.
12. Legal requirements,
aturan-aturan dan
ketentuan-ketentuan lainnya yang berkaitan dengan organisasi.
2.6 Langkah-Langkah Utama dalam Analisis
Pekerjaan
Dessler menyatakan ada enam langkah dalam
analisis pekerjaan. Adapun keenam langkah tersebut adalah sebagai berikut;
1.
Menentukan bagaimana untuk menggunakan
informasi yang didapat.
Mengetahui cara menggunakan data yang diperoleh akan memberikan gambaran bagaimana untuk mengumpulkan data tersebut. apakah dengan menggunakan wawancara atau questionaire.
Mengetahui cara menggunakan data yang diperoleh akan memberikan gambaran bagaimana untuk mengumpulkan data tersebut. apakah dengan menggunakan wawancara atau questionaire.
2.
Meninjau informasi dasar dyang relevan, seperti
bagan organisasi, bagan proses dan deskripsi pekerjaan.
3.
Memilih posisi yang dapat mewakili. Ada banyak
pekerjaan yang serupa untuk dianalisis, sehingga perlu mengambil sample
pekerjaan tersebut untuk dianalisis.
4.
Menganalisis pekerjaan. Mengumpulkan data
aktifitas pekerjaan, perilaku karyawan yang dibutuhkan, kondisi pekerjaan, dan
sifat serta kemampuan manusia yang dibutuhkan untuk melakukan pekrjaan
itu.
5.
Memverifikasi informasi analisis pekerjaan
kepada pekerja yang melakukan pekerjaan tersebut dilakukan oleh atasan
langsung. hal ini kan membantu mengonfirmasikan bahwa informasi itu benar dan
lengkap.
6.
Membuiat deskripsi pekerjaan dan
spesifikasi pekerjaan. Deskripsi pekerjaan adalah daftar tertulis yang
mendeskripsikan aktifitas dan tanggung jawab dari pekerjaan, juga kondisi
pekerjaan serta bahawa dan keamanan dari suatu pekerjaan, Spesifikasi pekerjaan
meringkas mutu, kualitas dan keterampilan dan latar belakang pribadi yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
2.7 Jenis Analisis Pekerjaan
Jenis analisis pekerjaan ada 2, yaitu :
1.
Analisis Pekerjaan Tradisional (Traditional Job
Analysis)
Model tradisional ini
hanya mencari informasi sekitar tiga aspek, antara lain tanggung jawab yang
merinci unit organisasi kepada mana suatu kedudukan harus bertanggung jawab,
harus tunduk kepada pengarahan dan bagian pelaksanaan, skewajiban-kewajiban
umum dari seseorang yang sedang memegang suatu kedudukan,
kualifikasi-kualifikasi minimal yang diterima sebagai kelayakan.
2.
Analisis Pekerjaan yang beroreientasi hasil
(Ersult-oriented Jobs Description atau RODs)
Analisis pekerjaan yang
berorientasikan hasil ini merupakan suatu kehidupan kecil di
dalam program-oriented budget yang bermanfaat bagi produktivitas.
2.8 Sifat dari Analisis Jabatan
Definisinya : Prosedur untuk
menetapkan tugas & tuntutan ketrampilan dari suatu jabatan dan orang macam
apa yang akan dipekerjakan untuk itu.
Melalui analisis jabatan diperoleh
informasi:aktivitas kerja, perilaku manusia, mesin-alat-perlengkapan-bantuan
kerja yang digunakan, standar kinerja, konteks jabatan & tuntutan manusiawi
Kegunaan dari Informasi analisis jabatan :
perekrutan & seleksi, kompensasi, penilaian kinerja, pelatihan dan
memastikan pengangkatan yg lengkap atas semua tugas
Langkah-2 dlm analisis jabatan : Identifikasi
pemakaian atas informasi, meninjau informasi latar belakang, pilih posisi untuk
dianalisis, analisa, klarifikasi informasi dgn pemegang jabatan, dikembangkan
2.9 Metode Mengumpulkan Informasi Analisis
Jabatan
Untuk memperolah informasi analisis pekerjaan
dapat dilakukan dengan berbagai cara. Metode yang umum digunakan dalam
mengumpulkan informasi adalah observasi, wawancara, dan angket.
1.
Metode Observasi
Metode observasi adalah
metode yang digunakan dalam mengumpulkan informasi dengan mengamati individu
yang melakukan pekerjaan itu dan mencatatnya untuk menguraikan tugas dan
kewajiban yang dilakukannya. Metode observasi sangat tepat jika dilakukan pada
jenis pekerjaan yang bersifat pengulangan. Penggunaan metode observasi
memungkinkan analisis dilakukan dekat dengan suasana pekerjaan dilapangan.
Walaupun sifatnya pengamatan, namun tidak seharusnya analis mengamati secara
kontinyu perkembangan dari waktu ke waktu. Penggunaan work sampling dan
employee diary/log.
2.
Metode Wawancara
Pekerja diseleksi dan
diwawancara secara langsung ditempat pekerjaan meraka atau mereka yang terkait
langsung dengan pekerjaan yang dianalisis. Tiga jenis wawancara dapat digunakan
untuk mengumpulkan data analisis jabatan, yaitu wawancara individual, wawancara
kelompok, dan wawancara penyelia (Dessler : 1997). Dalam beberapa keadaan,
seperti pekerjaan yang diarahkan oleh tim, dapat juga digunakan wawancara
kelompok. Salah satu kelemahan metode wawancara adalah sangat memakan waktu,
khususnya jika pewawancara berbicara dengan dua atau tiga pegawai yang
melakukan setiap pekerjaan.
3.
Metode Angket
Dengan mengunakan
angket, yang bersangkutan diminta untuk memberikan data-data mengenai
jabatannya dangan kata-kata sendiri. Analis meminta karyawan mengisi kuisioner
untuk menggambarkan tugas-tugas yang berkaitan dengan jabatan dan tanggung
jawab mereka. Keuntungan utama dari metode kuisioner angket adalah informasi
atas sejumlah pekerjaan dapat dikumpulkan secara murah dan dalam waktu yang
relative singkat. Sebaliknya, metode angket memerlukan waktu yang lama untuk
menguji kuisioner tersebut.
2.10
Klasifikasi
Pekerjaan (Job Classification)
Sistem klasifikasi untuk
semua pekerjaan, baik untuk sektor publik maupun sektor swasta, didasarkan atas
beberapa faktor, diantaranya adalah:
1.
Masukan informasi, dimana dan bagaimana pekerja memperoleh
informasi yang diperlukan untuk suatu pekerjaan.
2.
Proses mental, pertimbangan
apa yang ditekankan dalam pembuatan keputusan, perencanaan dan aktifitas dalam
pelaksanaan pekerjaan.
3.
Output pekerjaan, aktifitas fisik apa yang
dilakukan oleh pekerja, dan alat apa yang dipakai oleh para pekerja?
4.
Relasi dengan orang, relasi
dengan orang lain yang bagaimana yang dituntut dalam pelaksanaan
pekerjaan?
5.
Konteks pekerjaan, dalam kontek fisik dan sosial
apa pekerjaan dilaksanakan?
6.
Metode kerja, metode atau teknik apa yang
digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan?
7.
Ciri-ciri pekerja, ciri-ciri kepribadian
atau kemampuan apa yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan?
2.11
Politik Reklasifikasi (The Politics of Reclassification)
Daya tangkap politik mempengaruhi fungsi-fungsi
alokasi dari analisis pekerjaan dengan cara mendeskripsikan ramifikasi politik
mengenai dua jenis keputusan reklasifikasi, yaitu: (a) reklasifikasi yang
menyebabkan perubahan dalam gaji, dan (b) reklasifikasi yang menyebabkan
perubahan status dari suatu posisi pelayanan sipil yang telah diklasifikasikan
dalam unit hasil kompromi bersama keposisi yang dikecualikan atau di luar unit
kompromi. (Gomes, 2003, hal. 103)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Elemen-elemen
desain pekerjaan menurut Handoko (2001) adalah:
1.
Elemen-elemen organisasional
a.
Pendekatan mekanistik
b.
Aliran kerja
c.
Praktek-praktek kerja
2.
Elemen-elemen lingkungan
3.
Elemen-elemen keperilakuan
a. Otonomi
b. Variasi
c. Indentitas tugas
d. Umpan balik
DAFTAR PUSTAKA
http://restyla.wordpress.com/2009/07/05/analisis-jabatan/
http://belajarmanagement.wordpress.com/2009/04/22/tes-keabsahan-validation-dan-bentuknya/
http://belajarmanagement.wordpress.com/2009/04/22/tes-keabsahan-validation-dan-bentuknya/
Komentar
Posting Komentar